Australia ciptakan mikroskop yang mendukung visualisasi 3D
Techno.id - Monash University, Melbourne dilaporkan baru saja membuat sebuah mikroskop abad ke-21 yang dinamakan Synchrotron. Mikroskop ini diklaim dapat menangkap dan memproses data yang memungkinkan peneliti untuk dapat menganalisa dan berinteraksi dengan data yang divisualisasikan ke dalam 2D atau 3D.
-
Mikroskop mini yang terlihat seperti kartu kredit Mikroskop tipis ini terhubung dengan smartphone. Semua hasil pembesarannya dapat dilihat dari layar smartphone.
-
Nvidia mengumumkan superkomputer berdasarkan platform Grace Hopper untuk AI Merupakan superkomputer tercepat untuk penelitian ilmiah berbasis AI di dunia
-
Sempat dianggap mustahil, 3 Teknologi ini berhasil diciptakan Ada kontek lensa yang bisa melakukan zoom!
Sebagaimana dikutip dari press release yang diterima tim Techno.id, Kamis (01/10), data yang diambil dari mikroskop kemudian di proses oleh komputer dalam proyek yang disebut dengan MASSIVE (Multi-modal Australian ScienceS Imaging and Visualisation Environment), sebuah komputasi khusus untuk visualisasi.
MASSIVE sendiri diciptakan oleh Monash University, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation, Australia Synchrotron, dan Victorian Partnership for Advanced Computing. Proyek ini menyediakan hardware, software, dan keahlian untuk disiplin ilmu biomedis, bahan penelitian, teknik, dan geosains.
Data yang diproses MASSIVE selanjutnya divisualisasikan ke dalam CAVE2 (Cave Automatic Virtual Environment 2), yakni ruang melengkung yang dikelilingi oleh layar LCD 80 yang menghasilkan gambar 2D atau 3D menggunakan kacamata 3-D khusus. Menariknya, mikroskop ini ternyata mengandalkan GPU Nvidia.
"Tesla digunakan untuk super komputer, Quadro, termasuk Quadro M4000 terbaru, untuk CAVE2 dan GRID untuk akses jarak jauh dan cloud computing," ujar Mark Patane, Country Manager Nvidia, Australia/Selandia Baru.
"Adalah GPU yang mempercepat analisis dan rekonstruksi Volume visualisasi. Yang biasanya memakan waktu berminggu-minggu, kini hanya beberapa menit saja. Dengan teknik baru, kita mempercepat semuanya," ujar Profesor Paul Bonnington, Direktur Pusat E-research, Monash University.
BACA JUGA :
(brl/red)