5 Mitos baterai smartphone yang banyak dipercaya pengguna, begini penjelasannya

Advertisement

Techno.id - Daya tahan baterai masih menjadi masalah nomor satu bagi para pengguna ponsel pintar. Bahkan ponsel kelas atas (flagship) masih didasarkan pada teknologi yang tidak mengalami banyak peningkatan dalam beberapa dekade. Itulah mengapa ratusan artikel tentang Cara Hebat Untuk Membuat Baterai Anda Hidup Lebih Lama memenuhi setiap sudut jaringan internet.

Namun, manakah tips yang paling sering dilaporkan yang benar dan manakah yang hanya omong kosong belaka? Dengan banyak informasi yang salah di luar sana, saat ini banyak mitos yang dipercaya pengguna mengenai bagaimana memperlakukan baterai ponsel cerdas dengan cara yang benar. Begini penjelasannya.

1. Kosongkan baterai sepenuhnya untuk memperpanjang masa pakainya

foto: freepik/rawpixel.com

Mungkin salah satu mitos baterai terburuk di luar sana hanya berlaku jika kamu menggunakan baterai nikel-kadmium yang ada pada era 1980-an atau 1990-an. Aturan kuno menyatakan bahwa kamu harus mengosongkan baterai hingga 0% sebelum mengisi ulang. Jika tidak, efek memori akan mengendap dan mengurangi masa pakai baterai.

Baiklah, mari kita lihat kebenarannya. Baterai Li-Ion yang saat ini banyak digunakan hampir semua smartphone tidak terpengaruh oleh aturan ini dan tidak melupakan kapasitas penuhnya hanya karena kamu mencolokkan ponsel pada kondisi baterai 30%, 50%, atau bahkan 97%.

Baterai Li-ion memang memiliki serangkaian siklus pengosongan yang tetap, biasanya beberapa ribu, yang membutuhkan waktu bertahun-tahun. Selain itu, siklusnya bekerja seperti ini, jika kamu mengosongkan daya ponsel hingga 75% (dan mengisinya kembali hingga 75%) pada suatu hari dan 25% pada hari berikutnya, kamu telah menyelesaikan satu siklus pengosongan daya, bukan dua siklus. Jadi mitos ini sepenuhnya salah.

2. Kosongkan baterai hingga 0% untuk mengkalibrasi pengukur baterai

foto: freepik/denis barysau

Mitosnya seperti ini, ponsel kamu tidak dapat mengenali daya yang sebenarnya. Jadi, dengan memberikan dua tolok ukur yang jelas, yaitu 0% dan 100%, akan memastikan pengukur akurat. Hal ini karena baterai Li-Ion pada ponsel dan perangkat selular lainnya kehilangan sedikit daya aslinya dari waktu ke waktu, yang berarti sistem operasi kamu tidak mengomunikasikan daya baterai yang tepat.

Untuk memastikannya, kamu harus mengosongkan baterai sepenuhnya dan kemudian mengisi penuh setiap 2-3 bulan. Sistem operasi mencatat pengurasan ini dan dapat terus menampilkan tingkat baterai saat ini dengan benar dari 0-100%, meskipun kapasitas fisik yang sebenarnya mungkin berkurang hingga 98%. Mitos ini benar adanya.

3. Hanya gunakan pengisi daya dan kabel bawaan smartphone

foto: freepik/nirat.pix

Banyak orang sudah memahami mitos ini sejak lama. Bisa jadi mitos ini dimunculkan para pembuat handset, karena mereka lebih suka menjual kabel, pengisi daya, adaptor, dan bantalan pengisian daya nirkabel mereka yang lebih mahal. Secara umum, pengisi daya pihak ketiga mampu mengisi daya ponsel seperti yang asli dari produsen.

Jika kamu menginginkan sesuatu yang dapat diandalkan, pilihlah kabel asli yang disertakan dengan ponsel. Jika kabel pengisi daya dibuat merek ternama dan memiliki ratusan ulasan bintang lima, kamu tidak akan salah pilih.

Satu hal yang perlu diperhatikan, sekarang ada beberapa implementasi antara USB-C dan spesifikasi USB-C resmi. Jika kamu menggunakan salah satunya, kamu mungkin akan merusak baterai ponsel. Mitos ini salah, kecuali jika kamu membeli kabel murah dengan kualitas rendah.

5 Mitos baterai smartphone

4. Cabut kabel ponsel pada kondisi 100%

foto: freepik/rawpixel.com

Banyak orang menganggap harus mencabut smartphone dari sumber daya ketika sudah terisi 100%. Alasannya jika tidak dilakukan akan merusak baterai.

Anggapan ini tidak benar. Setiap perangkat modern saat ini akan menghentikan atau secara drastis membatasi aliran daya ke baterai setelah baterai mencapai kapasitas penuh dan hanya memberi daya pada perangkat itu sendiri.

Kondisi yang terjadi ponsel akan sedikit memanas saat dicolokkan terus menerus, yang dalam jangka waktu lama bisa berdampak buruk pada perangkat keras. Jadi mitos ini salah.

5. Hindari panas dan dingin yang ekstrem

foto: freepik/user10860774

Jika kamu menggunakan ponsel dalam suhu panas atau dingin yang ekstrem, hal itu dapat merusak baterai. Pandangan ini benar, karena aliran ion dan stabilitas kimiawi dipengaruhi fluktuasi suhu yang parah dan ekstrem.

Selain itu, kecepatan reaksi kimia dalam Li-ion akan meningkat seiring dengan suhu, menciptakan panas yang kemudian semakin menurunkan kualitas baterai atau bahkan merusak ponsel.

Meskipun suhu dingin yang berlebihan biasanya tidak merusak baterai, namun dapat mengurangi masa pakai baterai. Kamu mungkin memperhatikan bahwa ponsel mati lebih cepat jika kamu menggunakannya di luar pada musim dingin. Mitos ini sepenuhnya benar.

Advertisement


(brl/red)