Akhirnya, NASA konfirmasi keberadaan gas neon di atmosfer bulan
Techno.id - Pasca menjadi perdebatan dalam beberapa dekade ini, akhirnya NASA untuk pertama kalinya mengkonfirmasi jika ada gas neon yang menyelimuti atmosfer bulan. Fakta ini berhasil ditemukan setelah misi NASA Lunar Atmosphere and Dust Explore atau Ladee berhasil melakukan penelitian secara berkala terhadap atmosfer satelit alami bumi tersebut.
-
16 Mitos seputar sains ini tak boleh lagi kamu percayai, salah kaprah! Padahal sejak SD sampai SMA kamu pasti sudah banyak banget dapet ilmu sains semacam ini. Duh!
-
Macam-macam fase bulan, lengkap dengan penjelasannya Pelajari berbagai fase bulan dan makna di balik setiap perubahan bentuknya di langit malam.
-
Sebutkan macam-macam planet lengkap dengan penjelasannya Tata surya terdiri dari delapan planet utama yang mengorbit Matahari.
Dikutip dari NDTV (18/8/15), keberadaan gas yang umum digunakan dalam bidang kelistrikan di bumi ini sekaligus menjawab pertanyaan panjang atas spekulasi keberadaan gas neon sebagai salah satu senyawa yang memicu permukaan bulan jadi lebih bersinar. Meski telah ditemukan, para peneliti NASA menyangkal jika keberadaan gas neon adalah salah satu pemicu bersinarnya permukaan bulan. Pasalnya, menurut para peneliti kerenggangan permukaan bulan tak akan mampu disinari dengan hanya kandungan neon yang hanya beberapa persen di atmosfer bumi.
Selain meneliti kandungan gas neon pada permukaan bulan selama tujuh bulan terakhir, Ladee juga meneliti keberadaan kandungan helium dan argon pada atmosfer bulan. Menariknya, pasca penelitian ditemukan juga bahwa persentase kelimpahan kandungan gas-gas tersebut di atmosfer bulan berganti-ganti tergantung hari yang terhitung di bulan. Menurut peneliti kandungan argon bakal mencapai titik puncak kelimpahannya pada saat matahari terbit, sedangkan neon pada saat pukul 4 pagi dan helium pada saat pukul 1 dini hari.
Penelitian ini juga menemukan bahwa kandungan helium yang terdapat pada atmosfer bulan diproduksi pada tingkat yang setara dengan sekitar tujuh liter per detik pada tekanan atmosfer standar. "Hasil temuan ini menyoroti keterbatasan model exospheric (lapisan terluar dalam tatanan atmosfer) saat ini, dan memberikan gambaran kecanggihan ilmu di masa depan," ungkap Mehdi Benna dari NASA Goddard Space FLight Center di Greenbelt, Maryland, Amerika.
BACA JUGA :
- Para astronom temukan exoplanet termuda di jagat semesta
- Intip penampakan hujan meteor Perseid dari seluruh dunia
- Astronot bilang rasa letuce hasil kebun luar angkasa, menakjubkan!
- Aurora paling terang baru saja ditemukan di luar sistem tata surya
- Tiongkok luncurkan dua satelit barunya untuk saingi GPS
(brl/red)