Link Net Targetkan Raih Pelanggan 4-8 Juta Rumah Tangga
Techno.id - Layanan broadband atau internet cepat dengan teknologi seluler atau mobile semakin masif di Indonesia. Layanan ini diyakini semakin masif, setelah operator seluler mengomersialkan layanan data dengan teknologi anyar 4G-long term evolution (LTE) baru-baru ini. Layanan broadband dengan teknologi mobile ini tentu berdampak terhadap bisnis perusahaan yang menjual layanan serupa dengan menggunakan teknologi kabel, seperti PT Link Net Tbk. Berdasarkan kinerja kuartal III 2015, perseroan memiliki sekitar 950 ribu pelanggan dengan cakupan jaringan 1,6 juta homepassed. Pendapatan usahanya tercatat naik 22% menjadi Rp 1,88 triliun dari tahun lalu. Sementara laba bersihnya juga naik 10% menjadi Rp 461 miliar.
Untuk mengetahui perkembangan bisnis, rencana, dan target perseroan di 2016, M Syakur Usman dan Fauzan Jamaludin dari Kapanlagi Network (KLN) menemui Richard Kartawijaya, Chief Executive Officer (CEO) PT Link Net Tbk di kantornya, belum lama ini. Berikut petikannya:
Bagaimana perkembangan bisnis PT Link Net Tbk hingga saat ini?
Dari tahun ke tahun pertumbuhan perseroan sangat baik. Kami tumbuh double digit, rata-rata 20% lebih, seperti tahun lalu tumbuh 28%. Tahun ini mungkin bisa di atas 20% juga. Bisnis internet dan TV berbayar kami masih tumbuh dengan sehat.
Prinsipnya, Link Net menawarkan produk kepada konsumen yang sangat memerlukan broadband/internet cepat dan mau menikmati entertainment yang baik dan sehat, dengan kualitas sangat bagus. Untuk delivery layanan itu, kami menggunakan teknologi kabel hybrid fiber coaxial (HFC). Sementara pemain lain, terutama pemain baru, menggunakan teknologi kabel fiber optic (FO).
Kami tidak selalu gunakan FO, tapi tepatnya kami memakai teknologi netral. Jadi bisa pakai apa saja yang dibutuhkan. Bisa pakai kabel FO, coaxial, atau duanya. Mengapa? Karena kami mempunyai sumber daya manusia dan pengalaman di situ.
Dengan teknologi netral ini, kami tidak punya masalah, karena kami mempunyai talenta dan sudah siap di kedua teknologi itu. Karena punya kedua hal tersebut, kami tidak ada masalah terhadap berapa cepat akses internet yang dibutuhkan pelanggan. Mulai dari 1 megabyte (Mb) hingga 200 Mb, kami siap, tidak ada masalah. Bahkan di atas itu pun kami siap delivery. Contohnya, kami punya cyber office, kami delivery lebih dari 500 Mb hingga 1 Gb.
Dengan akses internet tersebut, layanan TV berbayar kami memiliki 60 channel kualitas high definition (HD) dari total 160 channel. Jadi kami tidak pusing mau menggunakan teknologi apa. Dan tidak mesti harus FO, karena belum tentu FO lebih baik.
Pada kondisi seperti apa perseroan menggunakan teknologi FO?
Kami melihat teknologi mana yang lebih baik digunakan di satu daerah. Misalnya kami menggunakan kabel FO, jika satu daerah itu sering mati lampu. Jadi kami gunakan teknologi yang terbaik pada saat itu. Kami mempunyai tim sendiri yang mengerjakan kabel FO dan coaxial. Jadi sumber daya manusianya berbeda. Dengan demikian, kami memposisikan sebagai operator paling depan di layanan broadband dan TV berbayar. Kompetitor terdekat pun tidak ada yang memiliki channel TV kualitas HD sebanyak kami.
Kami juga akan masuk kualitas 4K segera.
Untuk itu, kami mempersiapkan delivery bandwidth dengan sangat baik. Adakah problem? Tentu ada. Yang terpenting adalah apakah kami deliver layanan dengan baik atau tidak. Kemudian service level agreement (SLA) tercapai atau tidak. Saya melihat posisi kami makin lama makin baik.
Bisa digambarkan kesiapan perseroan menunjang kebutuhan bandwidth konsumen yang semakin besar?
Kami tentu siap. Tapi begini, kami melihat rata-rata 90% pemakai internet di Indonesia menggunakan teknologi seluler. Problem seluler adalah, kelihatan murah, tapi sebenarnya mahal. Kedua, ada pembatasan untuk kapasitas download dalam sebulan, misalnya 2 Gb per bulan. Nah, kalau menggunakan teknologi kabel seperti kami, tidak punya batasan itu.
Riset kami menyebutkan, setiap pelanggan kami, rata-rata melakukan download sebesar 2 Gb per rumah per hari. Dengan kata lain, satu bulan mencapai 60 Gb. Ini luar biasa. Riset kedua, di Indonesia rata-rata mendapatkan akses internet 2 megabit per second (Mbps). Sedangkan pelanggan kami, rata-rata mendapatkan akses lebih dari 8 Mbps. Jadi kami jauh di atas rata-rata.
Ketiga, pada umumnya orang Indonesia menonton konten TV dengan kualitas standar definition (SD). Namun, kami menyediakan konten dengan kualitas HD. Kami punya lebih dari 60 channel HD. Jadi kami punya posisi bagus di sini.
Keempat, kami memperhatikan keamanan untuk tontonan anak-anak, baik dengan mengggunakan bandwidth maupun TV. Misalnya kami sediakan tools, yakni parental lock, supaya tontonan dan konten kami sehat dikonsumsi oleh anak-anak.
BACA JUGA :
(brl/red)