Porter incar peluang logistik korporasi di tengah kemacetan Ibukota
Techno.id - Kondisi jalanan Ibukota yang kerap diwarnai macet membuat transportasi jadi salah satu masalah yang harus ditangani. Hal ini kemudian mengundang lahirnya startup transportasi untuk mengurai masalah ini, Go-Jek salah satunya.
-
Kembangkan bisnis, Porter siap buka peluang investasi Perkenalkan Porter, startup rintisan baru yang bergerak di layanan logistik online kelas bisnis
-
Saingi Go-Jek dan Grab, Deliveree adopsi sepeda motor Transportasi sepeda motor kian diandalkan masyarakat untuk menghindari kepadatan lalu lintas
-
10 Pebisnis ini sempat gagal sebelum akhirnya sukses besar! Tak semulus kelihatannya, perjalanan yang ditempuh oleh pebisnis-pebisnis tersebut rupanya pun pernah dan sering gagal. Tapi, mereka bisa sukses
Permasalahan kemacetan itu ternyata juga merangsang pegiat startup lainnya untuk ikut andil bagian dalam mengatasi permasalahan ini. Perusahaan rintisan bernama Porter mencoba mengambil ceruk pasar logistik kelas bisnis jadi fokus bisnisnya.
Layanan yang ditawarkan Porter ini pun mendapat sambutan yang cukup baik di dunia bisnis. Secara spesifik perusahaan ini menargetkan perusahaan yang menjalankan bisnis makanan dan minuman yang memerlukan bantuan pengantaran produk kepada konsumennya dalam waktu cepat dan aman.
Mulai beroperasi di bulan Oktober 2015, Porter mengaku telah memiliki 25 perusahaan yang terdaftar dalam list kliennya. Hal ini disampaikan langsung oleh Anthony Sadeli selaku Co-Founder dan COO Porter saat berbincang santai dengan tim Techno.id di tengah perhelatan Echelon Indonesia 2016 yang berlangsung di Balai Kartini, Jakarta.
"Kita mulai jalan di bulan Otober dengan menggarap pasar pengiriman barang buat kelas bisnis. Sekarang kita sudah punya 40 orang tenaga pengiriman barang, sehari sekarang kita bisa kirimkan sekitar 300 paket setiap hari dari konsumen yang berjumlah 25 perusahaan," tambah Anthony.
Pemilihan segmen bisnis makanan dan minuman bukan tanpa alasan, pihak perusahaan menyatakan melakukan antaran makanan dan minuman punya tingkat kesulitan lebih tinggi dari produk lainnya. Meski begitu, mereka tak menolak bila ada perusahaan dengan bidang usaha lain yang ingin memakai layanannya.
"Kita mulai dari foods and beverages karena menurut kami paling susah buat dilakukan pengirimannya. Sengaja kita mulai dari yang paling sulit supaya kurir kita terbiasa bawa yang susah, nantinya kalau mereka antar dokumen, pakaian atau barang lain bakalan lebih gampang," ujar Anthony.
BACA JUGA :
(brl/red)