Anak muda di Asia Pasifik belum 100 persen percaya pada e-commerce
Techno.id - Tak cuma memperkirakan bahwa seperempat dari generasi millennial Asia Pasifik telah berencana untuk membeli barang mewah seperti gadget tahun depan, MasterCard juga memaparkan hasil surveinya terkait hubungan generasi millennial Asia Pasifik dengan e-commerce. Pasca mewawancarai 2.272 responden berusia 18 sampai 29 tahun, ternyata para generasi millennial itu belum sepenuhnya percaya pada situs e-commerce.
-
Anak kekinian berpikir dua kali untuk membeli 10 benda ini, kamu juga? Beda zaman, tentu saja beda kebiasaan.
-
Digital disruption melanda cara belanja orang Banyak ritel raksasa gulung tikar.
-
Seberapa loyal masyarakat Indonesia ke situs belanja online? Situs belanja online atau e-commerce di Indonesia ternyata masih kurang diminati
Penyebab masih banyaknya muda-mudi yang lebih memilih untuk berbelanja di toko konvensional ketimbang ke toko maya itu memang beragam. Namun, salah satu yang terendus ialah konsumen belum merasa aman ketika melakukan online shopping akibat ancaman seperti pencurian hingga pemalsuan, apalagi jika transaksinya melibatkan jumlah yang besar.
Alasan itu diperkuat oleh argumen Kepala MasterCard Wilayah Asia Pasifik, Eric Schneider. Seperti dikutip dari Antara (01/11/15), ia berpendapat, "Mayoritas dari kalangan anak muda masih cenderung memilih untuk melihat-lihat terlebih dahulu barang yang mereka incar di sebuah toko." Dalam survei tersebut, dikatakan pula jika mayoritas generasi millennial di Asia Pasifik membutuhkan waktu lebih kurang satu bulan untuk menimbang dan melakukan riset sebelum memutuskan untuk membeli sebuah barang mewah.
Dari temuan ini, dapat disimpulkan bahwa peningkatan daya beli generasi millennial terhadap barang mewah, seperti perangkat teknologi, ternyata tak terlalu berdampak pada minat mereka untuk belanja online.
BACA JUGA :
- Raksasa e-Commerce Tiongkok, JD ramaikan bisnis online Indonesia
- Local Market, ambisi baru Facebook di bisnis e-commerce
- Jadi raksasa e-commerce, Indonesia harus perhatikan 3 faktor ini
- E-commerce harusnya dimasukkan ke dalam paket kebijakan ekonomi
- Pertumbuhan e-commerce Indonesia tak lepas dari Facebook
(brl/red)