Asosiasi digital akui susah hitung besaran iklan online di Indonesia
Techno.id - Ketua umum Indonesia Digital Association (IDA), Edi Taslim, menyatakan, hingga saat ini belum ada lembaga yang bisa menghitung dengan pasti besaran iklan digital di Indonesia, seperti yang dilansir oleh Merdeka.com (17/03/16). Hal ini karena sifat iklan digital yang borderless, tidak seperti iklan melalui media lain, seperti TV, cetak, dan outdoor.
-
Dinilai menggiurkan, e-commerce sumbang kontribusi iklan televisi Saat ini, MNC grup masih merajai dalam kancah industri periklanan. Lalu, siapa saja yang dianggap berikan kontribusi besar dalam iklan televisi?
-
Perilaku masyarakat modern merupakan lahan baru e-commerce Perilaku ini banyak dimanfaatkan oleh banyak instansi pemerintah dan juga swasta untuk mengubah strategi dalam beriklan.
-
Krisis tak pengaruhi pertumbuhan iklan lewat ponsel pintar Dalam kurun waktu satu tahun terakhir pertumbuhan ponsel Cina lebih merata turut meningkatkan data belanja iklan. Simak selengkapnya di sini...
"Kalau iklan TV, cetak, outdoor, itu kan ada AC Nielsen yang menghitung setiap tahunnya bahkan tiap kuartal. Sementara digital, gak ada yang menghitung. Kenapa? Karena gak mudah. Karena begitu kita bicara ikan digital, tidak seperti iklan di TV, di print, dan radio. Kalau digital itu, uangnya bisa sampai nyebar ke luar Indonesia karena sifatnya borderless," ujarnya dikutip dari Merdeka.com.
Di sisi lain, kata dia, kalau berbicara iklan digital banyak yang beranggapan jika 70-80 persen iklan digital di Indonesia mayoritas dinikmati bukan dari media lokal, tetapi pemain asing. Hal itu pun belum bisa dibuktikan dengan angka pastinya, karena prosentase itu masih sekadar asumsi.
"Kalau kita bicara iklan digital ya, asumsi aja ya, 70-80 persen itu yang menikmati bukan dari media lokal, tapi pemain asing. Artinya susah untuk menghitung iklan digital yang tepat karena iklannya itu bisa disebar ke Twitter, Facebook, Google, sehingga untuk mendata itu susah sekali. Artinya sebuah brand, bisa beriklan tidak hanya di media lokal. Bisa ke Facebook, Google atau Twitter," terangnya.
Oleh sebab itu, pihaknya kini sedang mencari auditor independen yang nantinya bisa menghitung besaran iklan digital di Indonesia dengan didukung oleh para pemain di industri ini untuk sukarela menyetor data transaksi iklan digitalnya. Meskipun, ia memahami jika hal itu tidak semua pemain akan bersedia menyetorkan data tersebut.
"Kita lagi bikin project mencari independen auditor untuk menghitung dan tentunya kami mengharapkan agar para pemain suka rela menyetorkan data tapi tetap akan dirahasiakan. Sejauh ini iklan digital tumbuh terus, 30-40 persen tiap tahun di mana platform yang lain tidak setinggi itu. Tapi basis iklan digital ini kan masih kecil. Ada yang bilang iklan digital di Indonesia itu masih 10 persen dari total kue iklan. Makanya, kita mau hitung," jelas dia.
BACA JUGA :
(brl/red)