Opera: Kami akan tetap menjadi perusahaan Norwegia
Techno.id - Kabar dijualnya peramban web Opera ke perusahaan asal Tiongkok meninggalkan banyak pertanyaan bagi para pengguna setianya. Secara garis besar, pertanyaan itu tak lain adalah bagaimana nasib Opera di masa depan?
-
Opera Software ditawar Rp16 triliun, siapa pembelinya? Konsorsium Tiongkok yang terdiri dari Qihoo 360 Technology Co. dan Beijing Kunlun Tech Co. mungkin akan memiliki perusahaan asal Norwegia itu.
-
Kecewa Opera akan dijual, sang founder sarankan user tinggalkan Opera Jon von Tetzchner menggoda pengguna Opera untuk berpindah browser.
-
Opera resmi rilis fitur ad blocker di browser versi smartphone dan PC Dengan hadirnya fitur ini, browsing di Opera diklaim 45 persen lebih cepat ketimbang di Google Chorme.
Mengutip laman Softpedia (16/02), para pengguna setia dan komunitas Opera mengaku sangat prihatin atas niat dijualnya Opera. Sebagian besar respon mereka cenderung negatif, khususnya ketika menyangkut hak-hak privasi pengguna.
Menyikapi hal itu, peramban web asal Norwegia ini kembali menegaskan bahwa Opera tidak akan berubah. Hal ini, lanjut Opera, termasuk pelayanan yang diberikan hingga mencakup privasi para pengguna setia.
"kami adalah perusahaan Norwegia yang mengacu pada hukum privasi EU/UEEA. Pemegang saham kami memang dapat berubah. Tetapi kewajiban hukum kami dalam hal ini (hak privasi) akan tetap sama," tegas Opera.
Seperti diinformasikan sebelumnya, perusahaan Tiongkok yang kini tengah santer dikabarkan berniat membeli Opera adalah Qihoo 360 Technology Co. dan Beijing Kunlun Tech Co. Adapun nominalnya yakni sekitar Rp 16 triliun.
Menurut informasi yang beredar, sebagian besar perusahaan teknologi asal Tiongkok sejauh ini memiliki track record yang baik untuk urusan hak privasi. Diklaim, Qihoo 360 dan Kunlun adalah salah satu di antaranya.
"Opera akan tetap menjadi perusahaan Norwegia," tulis pihak Opera singkat.
BACA JUGA :
(brl/red)