Orang Indonesia berhasil ciptakan alat pembunuh sel kanker
Techno.id - Di Indonesia, kanker masih menjadi salah satu penyakit yang harus diperhatikan secara serius. Minimnya fasilitas pengobatan yang disertai dengan mahalnya biaya berobat membuat penyakit satu ini menjadi momok tersendiri bagi masyarakat lokal.
-
Alat terapi kankernya dilarang Kemenkes, Warsito latih medis Polandia Warsito merupakan ilmuan Indonesia peraih gelar doktor teknik elektro dari Shizouka University Jepang yang menemukan teknologi pembasmi kanker.
-
Akhirnya, Kemenristek akan fasilitasi uji alat terapi kanker Warsito Setelah sempat menjadi kontroversi, akhirnya Kemenristek berujar akan memfasilitasi uji alat terapi berbasis ECCT tersebut.
-
Temuan baru temui jalan buntu, penderita kanker bikin petisi online Mereka membuat sebuah surat terbuka untuk Presiden RI, Joko Widodo melalui change.org.
Kendati demikian, dunia kedokteran Indonesia baru saja dikejutkan dengan penemuan alat terapi baru yang diklaim dapat membunuh sel-sel kanker. Alat ini diberi nama Electro Capacitive Cancer Treatment (ECCT) oleh seorang pakar tomografi lulusan Jepang, Warsito P Taruno.
ECCT sendiri pada awalnya mulai ditemukan saat Dr. dr. Sahudi Salim, SpB(K)KL saat mengakhiri masa pendidikan doktoralnya di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Kala itu, Sahudi melakukan penelitian karena tertarik dengan kontroversi ilmiah di bidang terapi kanker Indonesia.
Saat melakukan penelitian, Sahudi sukses membuktikan jika alat terapi ECCT dapat meningkatkan persentase kematian sel-sel kanker. Selain itu, Sahudi juga berhasil mengungkap mekanisme patologi molekulernya dengan ECCT.
"Kami melakukan penelitian eksperimental laboratorik in vitro, menggunakan Rancangan Acak Kelompok," ujarnya sebagaimana dikutip dari Merdeka, Selasa (29/09).
Pada saat melakukan penelitian, menurut Sahudi, ia berniat mencari tahu efek pajanan medan listrik di voltase rendah untuk tiga macam kultur sel kanker. Ketiga sel kanker yang digunakan ini adalah sel Hela, sel Kanker Rongga Mulut, dan sel Mesenkim Sumsum Tulang.
Kemudian, Sahudi melanjutkan jika sel kanker yang dipajan dengan ECCT selama 24 jam akan meningkatkan ekspresi tubulin A, cyclin B1, p53, dan Ki-67 secara signifikan dibandingkan dengan kontrol. Artinya, ECCT berhasil membunuh sel-sel kanker dan tidak menggangu sel-sel lain dalam tubuh.
"Penelitian ini membuktikan bahwa ECCT dapat membunuh sel kanker secara signifikan, sedangkan sel non-kanker seperti sel mesenkim sumsum tulang masih dapat tetap hidup. Ini berarti penggunaan ECCT hanya akan membunuh sel kanker dan tidak mengganggu kehidupan sel lain yang dibutuhkan tubuh," terang Sahudi.
Sahudi berharap penelitian lanjutan terhadap ECCT dapat lebih banyak dilakukan oleh peneliti kedokteran di masa depan. Pasalnya, bukan tidak mungkin jika ECCT akan menjadi sebuah harapan baru bagi para penderita kanker di masa depan.
BACA JUGA :
(brl/red)