Praktisi: Teori konspirasi rawan menyebar di media sosial
Techno.id - Ditinjau dari kacamata objektif, pada dasarnya media sosial memiliki dua mata pisau yang sama-sama tajamnya. Di satu sisi, internet dan jejaring sosial memudahkan mengalirnya arus informasi dari dan ke seluruh dunia secara mudah. Namun, tak bisa dipungkiri jika media sosial juga mengganggu tatanan jurnalistik karena akurasi informasi kerap dinomorduakan.
-
Kemkominfo: Media sosial jadi alat kampanye yang bersih Kemkominfo: "Media sosial cenderung lebih netral ketimbang pemilik media yang berafiliasi dengan politisi"
-
5 Tips mengenali hoaks di media sosial, selalu periksa sumber informasi dan jangan asal sebar Penting bagi setiap pengguna media sosial untuk memiliki kesadaran kritis dalam mengenali hoaks
-
Bagaimana menyikapi berita hoax dan provokatif? Ini tips dari netizen Media yang dianggapnya "abal-abal" biasanya tak ada susunan redaksi dan kerap menampilkan isi artikel dimulai dengan "Judul Heboh".
Hal ini begitu disorot oleh Pemimpin Redaksi Warta Ekonomi, M. Ihsan, "Pada satu sisi media sosial memang menyaingi media arus utama, namun tak jarang dijumpai informasi yang disajikan berlebihan dan banyak yang tanpa konfirmasi."
Karena menyebar dengan sangat, bahkan terlalu cepat, informasi di media sosial pun bisa dikonsumsi publik tanpa dibuktikan dulu kebenarannya. "Tidak jarang hal itu dipakai untuk penyebaran teori konspirasi," imbuhnya, seperti dikutip dari Antara (24/11/15).
Akan tetapi, tentu saja anggapan miring ini tak bisa disematkan pada semua akun penyebar informasi di media sosial. Sebab, Ihsan menilai masih ada akun-akun yang memiliki otoritas tinggi dan reputasinya juga baik.
BACA JUGA :
- Perangi pembajakan, jutaan situs ditutup Google setiap harinya
- Google manjakan fans Star Wars dengan opsi tema Light dan Dark Side
- 5 Aplikasi yang digunakan ISIS untuk berkomunikasi
- Indosat: Industri telekomunikasi di tahun 2016 akan lebih baik
- Sekolah bakal sediakan akses internet di tiap kelas saat pelajaran?
(brl/red)