Akankah Marissa Mayer mengalami nasib tragis seperti 4 CEO Yahoo lain?
Techno.id - Awal Desember ini, saham Yahoo tak menunjukkan adanya pergerakan positif. Dewan direksi pun mengadakan rapat dadakan guna menemukan jalan keluar dari masalah ini. Kabarnya, Yahoo bakal menjual saham bisnisnya guna menyelamatkan masa depan perusahaan.
-
Apakah CEO cantik Yahoo! ini tak tahu malu? Marissa Mayer gagal membawa era kejayaan di Yahoo!, tetapi ia masih ingin bertahan di sana.
-
5 Pelajaran penting yang bisa dipetik dari kegagalan CEO Yahoo Mempekerjakan seorang menjadi CEO bukanlah perkara mudah, banyak hal yang perlu dipertimbangkan.
-
Masih misterius, siapa akhirnya yang akan memiliki Yahoo? Belum ada titik terang mengenai siapa yang akhirnya akan memiliki saham perusahaan yang kini dipimpin Marissa Mayer tersebut.
Namun tak cuma itu kabar buruknya. Marissa Mayer, CEO Yahoo saat ini, juga terancam ditendang dari kursinya. Banyak pihak yang terkait dengan Yahoo, terutama para pemegang saham, tak puas dengan kinerja CEO cantik tersebut. Eks Google itu dikritik karena terlalu banyak menghabiskan uang untuk akuisisi, yang notabene adalah strategi pentingnya selama tiga tahun terakhir memimpin Yahoo.
Sekiranya Marissa akan dipecat, setidaknya ia tak sendirian. Sebab, ada beberapa pendahulunya yang juga mengalami beragam kesialan saat menjadi CEO Yahoo. Siapa saja mereka dan apa kasusnya? Berikut rangkumannya.
Terry Semel, ingin mengakuisisi Google tapi gagal
CEO kedua Yahoo ini menjabat mulai 2001-2007. Di masa kepemimpinannya, Terry mencoba mengakuisisi Google, seperti yang disarankan oleh Jerry Yang dan David Filo, para pendiri Yahoo.
Terry pun mengajak pentolan Google, yakni Larry Page dan Sergey Brin, untuk makan malam dan bernegosiasi. Saat itu, Terry menawar Google dengan mahar Rp97 miliar (7 juta USD), tetapi Larry dan Sergey tak tertarik untuk menjual Google, kecuali ada uang senilai Rp14 triliun (1 miliar USD). Terry pun mempertimbangkan kembali tawaran itu.
Beberapa waktu kemudian begitu Terry siap dengan uang yang diminta, duo pendiri Google itu menaikkan banderol lagi hingga Rp42 triliun (3 miliar USD). Alhasil, Yahoo pun gagal mengakuisisi kompetitornya yang kini lebih besar darinya itu.
Jerry Yang, co-founder yang dicemooh karena menolak akuisisi Microsoft
Meski Jerry adalah salah satu pendiri Yahoo, ia tak langsung menjadi CEO saat Yahoo berdiri. Jerry malah menjadi CEO ketiga Yahoo setelah Terry Semel hengkang.
Di tengah masa jabatan pria berdarah Taiwan-Amerika ini, yaitu tahun 2007-2009, Microsoft sempat mengajukan akuisisi pada Yahoo dengan mahar Rp621 triliun (44,6 miliar USD). Pendekatan itu dilakukan Microsoft untuk memperkuat strategi bisnis internetnya.
Sayangnya, Jerry tak berkeinginan untuk menjual Yahoo, bahkan ia tak bersedia melakukan tawar-menawar.
Pasca negosiasi buntu itu, saham Yahoo menurun dan Yang dikritik oleh para investor atas kekukuhannya itu. Yahoo, yang saat itu sedang kesusahan untuk berkompetisi dengan Google, pun berada di posisi yang kian sulit.
Carol Bartz, 'diputusin' via telepon
Selepas Jerry turun dari tahtanya, Carol Bartz didapuk sebagai pengganti di awal tahun 2009. Di tahun yang sama, ia melakukan PHK massal dengan porsi sekitar 5 persen dari angkatan kerja Yahoo. Tujuan perampingan ini menurutnya ialah menyeimbangkan neraca keuangan Yahoo.
Akan tetapi karena tak ada perkembangan signifikan dari kepemimpinannya, Carol pun dipecat oleh Chairman Yahoo, Roy Bostock. Ironisnya, pemecatan itu dilakukan via telepon pada bulan September 2011.
Scott Thompson, menjadi CEO hanya 5 bulan
Januari 2012, Yahoo kembali memiliki CEO resmi baru, yakni Scott Thompson. Belum lama ia memimpin, tepatnya di bulan Mei di tahun yang sama, Yahoo mendapat protes dari Dan Loeb, CEO Third Point. Dan mengatakan bahwa Scott hanya menyelesaikan pendidikan tinggi di bidang akuntansi di Stonehill College, bukan akuntansi dan ilmu komputer seperti terpapar di rilis pers Yahoo. Beberapa waktu kemudian, Stonehill College dan eBay, perusahaan Scott sebelumnya, juga mendukung gugatan itu.
Yahoo pun menginvestigasi kasus ini dan di bulan yang sama langsung memberhentikan Scott atas kasus yang memalukan ini.
Cukup tragis bukan nasib para CEO Yahoo sebelum Marissa datang?
Kendati di ambang pemecatan, Marissa tercatat sudah berbuat banyak untuk Yahoo. Ia begitu berkomitmen dengan pekerjaannya. Buktinya, ia tak berlama-lama mengambil cuti pasca melahirkan 2013 silam. Marissa juga telah membuat kebijakan populer, misalnya dengan memperpanjang cuti melahirkan pegawai Yahoo sekaligus memberi mereka bonus.
Menurut Anda, apakah Marissa akan menyusul pendahulunya itu?
(brl/red)