Apple hadapi tantangan berat di pasar China melawan ponsel lipat tiga Huawei

Advertisement

Techno.id - Perang teknologi Amerika Serikat (AS) vs China sedang berlangsung di pasar smartphone di China. Apple dan Huawei sama-sama merilis perangkat baru pekan ini. Persaingan kedua raksasa teknologi ini pun tak terelakan.

Sejumlah pakar industri mengatakan, Apple tidak memiliki keunggulan lapangan menghadapi tantangan dalam mempertahankan pangsa pasarnya di Negeri Tirai Bambu itu. Sorotan terbesar dari iPhone 16 Series yang baru saja diluncurkan adalah sistem kecerdasan buatannya, yang dijuluki Apple Intelligence (AI). Namun fitur ini belum disematkan di perangkat baru Apple tersebut.   

Sedangkan Huawei memperkenalkan Mate XT yang menampilkan teknologi layar lipat tiga yang inovatif. Smartphone ini pun bisa bermetamorfosa menjadi tablet ketika layar dibentangkan sepenuhnya. Namun dengan banderol mulai dari USD2.810 (sekitar Rp43,2 juta), Mate XT harganya sekitar tiga kali lipat dari iPhone 16 Series. 

foto: huawei

Menurut data Vmall, situs belanja resmi Huawei, seperti dilansir VOA, hampir 5,74 juta orang di China memesan Mate XT pada Kamis (12/9) malam waktu setempat, atau sekitar 5 hari setelah Huawei mulai menerima preorder.

Namun dalam sebuah survei yang dilakukan di situs microblogging China Weibo oleh Radio France International, setengah dari 9.200 responden mengatakan mereka tidak akan membeli Mate XT karena harganya mahal. Sedangkan 3.500 mengatakan mereka tidak bersedia untuk membeli ponsel baru sekarang.

iPhone 16 tidak tersedia untuk preorder hingga Jumat (13/9), tetapi beberapa vendor e-commerce di China berjanji mengirimkan perangkat baru kepada konsumen dalam waktu setengah hari hingga dua hari setelah penjualan.

foto: apple

Dalam persaingan antara Apple dan Huawei, iPhone 16 memiliki beberapa kelemahan, kata Shih-Fang Chiu, seorang analis industri senior di Institut Penelitian Ekonomi Taiwan. Menurutnya, kekuatan Apple adalah keamanan informasi dan privasi, tetapi ini sulit dicapai di pasar China, di mana pemerintah dapat mengontrol data di pasar ke tingkat yang relatif tinggi. Di era ponsel AI, ini akan membawa tantangan bagi perkembangan Apple di pasar China.

Layanan AI Apple pada iPhone 16 akan diluncurkan secara bertahap dalam berbagai bahasa. Pertama dalam bahasa Inggris dan bahasa lain akhir tahun ini. Sayangnya, versi bahasa Mandarin tidak akan tersedia hingga 2025.

Ada tantangan lain yang dihadapi Apple, tambah Chiu, seperti kontrol peraturan, sentimen konsumen yang mendukung merek lokal dan melemahnya daya beli di tengah perlambatan ekonomi China. Menurut statistik Counterpoint Research, Huawei memegang pangsa pasar sebesar 15% pada kuartal kedua tahun 2024, melampaui pangsa pasar Apple sebesar 14%.

foto: huawei

Selain itu, iPhone 16 Series juga belum melakukan peningkatan perangkat keras yang signifikan. Sementara fitur AI saja tidak menarik, karena konsumen memiliki ChatGPT dan solusi AI lainnya. Aplikasi AI juga merupakan rintangan lain. Apalagi, layanan AI iPhone 16 Series melibatkan pengumpulan data pribadi, aplikasi informasi dan komputasi awan, yang akan membutuhkan kolaborasi dengan penyedia layanan China. 

Ditambah lagi, adanya larangan pegawai negeri dan karyawan perusahaan milik negara menggunakan iPhone mereka di tempat kerja dalam beberapa tahun terakhir, akan mempengaruhi penjualan produk Apple. Selain itu para pesaing di China akan menjual gagasan kepada konsumen bahwa iPhone akan segera tersingkir dari pasar smartphone premium. Jadi, pada tahap selanjutnya, versi iPhone yang terjangkau akan menjadi kunci apakah Apple dapat kembali menguasai pasar di China.

foto: apple

Tzu-Ang Chen, seorang konsultan senior di industri teknologi digital di Taipei, mengatakan penggunaan sistem operasi HarmonyOS Huawei melampaui iOS Apple di China pada kuartal pertama tahun ini. Menurutnya, penjualan iPhone di China akan semakin buruk, karena Huawei dianggap lebih baik. Ditambah dengan masalah patriotisme, posisi Apple di hati 1,4 miliar orang tidak akan pernah kembali.

Dia mengatakan, ketika China berusaha mengembangkan pasar pro-China di antara negara-negara anggota Belt and Road Initiative di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Afrika, ponsel buatan China mungkin menjadi pilihan pertama mereka. Jadi, sanggupkah Apple bertarung dengan Huawei di laga tandang?

  

Advertisement


(brl/red)