Bahas konten positif, Menkominfo temui LINE Global
Techno.id - Isu LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender) tengah disorot serius pemerintah Indonesia. Pasalnya, isu ini telah menjalar hingga ke layanan OTT populer di Tanah Air seperti WhatsApp dan LINE.
-
Jadi kontroversi, Line hapus stiker LGBT Kominfo mengapresiasi langkah Line yang dinilai meresahkan masyarakat ini.
-
Tak cuma stiker, Pemerintah akan libas habis emoticon LGBT Kemkominfo: Teguran akan dilayangkan kepada semua layanan yang menyediakan dukungan terbuka kepada LGBT
-
Hadirkan konten LGBT, Facebook dan WhatsApp akan dipanggil Kemkominfo Kemkominfo akan menggelar rapat dengan kedua perusahaan asal Amerika Serikat tersebut pada akhir Februari ini.
Hari ini, Menkominfo Rudiantara dijadwalkan bertemu LINE Global guna membahas isu tersebut. Hasilnya, OTT asal Jepang itu bersikap proaktif dan berjanji akan menyesuaikan dengan regulasi dan budaya lokal.
"Mereka (LINE) secara proaktif bersilaturahmi dan sharing tentang langkah-langkah yang dilakukan untuk menyesuaikan dengan regulasi dan budaya lokal Indonesia," tulis Rudiantara melalui akun Twitter pribadinya (26/02).
"Terkait konten dan stiker yang dianggap negatif, mereka telah menunjuk konsultan lokal dan berkoordinasi dengan LINE Indonesia dalam melakukan filtering," sambung pria yang akrab disapa Chief RA itu.
Lebih lanjut, Chief RA beserta jajarannya juga sudah menyatakan apresiasi dan kesiapannya untuk selalu berkomunikasi secara terbuka kepada pihak LINE untuk menghadirkan konten-konten positif di Indonesia.
Sebuah kabar gembiranya, hasil karya anak bangsa (stiker, komik digital dan sejenisnya) yang ada di OTT LINE juga telah diakui oleh Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia alias BEKRAF.
BACA JUGA :
- Siap-siap, aturan Badan Usaha Tetap untuk OTT asing akan bergulir
- Pilih talenta terbaik, Mandiri Hackaton 2016 resmi dimulai
- Kemkominfo cari 18 ribu Agen Perubahan Informatika, untuk apa?
- Menkominfo tak lagi keluarkan izin penyiaran di Pulau Jawa, lantas?
- Segera, Kemkominfo akan bangun media center di Palangkaraya
(brl/red)