Berbagi jaringan berpotensi kendorkan semangat operator bangun BTS
Techno.id - Semangat percepatan rencana pita lebar nasional dan efisiensi melalui berbagi jaringan ternyata dinilai tak sepenuhnya benar. Operator telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia, Telkomsel menyebutkan metode kerja sama berbagi jaringan bisa buat semangat membangun infrastruktur malah kendor.
-
Fasilitas operator telekomunikasi bantu TNI jaga daerah perbatasan Inilah sumbangsih yang dilakukan oleh Telkomsel untuk TNI yang bertugas di bagian terluar daerah perbatasan.
-
7 Cara Telkomsel dukung digitalisasi masyarakat, paket data cuma Rp10 Menyiapkan jaringan broadband untuk mendukung proses pembelajaran jarak jauh
-
Sambut HUT RI ke-79, Telkomsel siapkan jaringan broadband 5G terdepan di Ibu Kota Nusantara Telkomsel mencatatkan lonjakan trafik data hingga 650 persen di IKN
"Telkomsel sangat mendukung segala upaya efisiensi. Tapi, jangan sampai network sharing ini justru membuat operator tidak mau memenuhi komitmennya untuk membangun jaringan BTS. Mereka mikirnya gampang saja, toh nanti bisa sharing," demikian disampaikan Ivan Tjahja Permana selaku VP Technology and System Telkomsel.
Ivan menyebutkan Indonesia saat ini masih sangat memerlukan pembangunan infrasturktur yang masif. Pasalnya, dengan luas wilayah Indonesia yang sangat luas pembangunan jaringan BTS masih terbilang kurang. Misalnya, Telkomsel yang memiliki lebih dari 100 ribu Base Transceiver Station (BTS0 untuk melayani 150 juta pelanggan lebih memiliki rasio jaringan 1.665 pelanggan dilayani satu BTS.
Rasio tersebut diakui masih sangat tinggi ketika dibandingkan dengan Airtel-India (1520 pelanggan per BTS), China Mobile (984 pelanggan per BTS), NTT Docomo (724 pelanggan per BTS), dan SK Telecom Korea (573 pelanggan per BTS). "Untuk bisa sejajar dengan SK Telecom Korea, berarti Telkomsel masih harus membangun 200.000 BTS lagi," jelas Ivan.
Ia pun menekankan, bila pemerintah mau mengimplementasikan berbagi jaringan dalam industri telekomunikasi di Indonesia maka peningkatan komitmen dan monitoring-nya harus benar-benar dilakukan supaya tidak membuat pemerataan akses telekomunikasi di daerah jadi korban karena pembangunan BTS yang kendor.
"Komitmen dari pelaku bisnis yang menerapkan berbagi jaringan harus ditekankan sejak awal bahwa dana yang berhasil mereka efisiensi tetap digunakan untuk membangun jaringan jangan cuma dijadikan keuntungan perusahaan. Misalnya kalau berbagi jaringan bisa efisienkan dana 50 persen, maka pembangunan BTS-nya harus ditambah jadi dua kali lipat dari dana itu. Kan tujuannya buat percepatan pita lebar," papar Ivan.
Sisi lain yang bisa menjadi korban dari penerapan berbagi jaringan yang dikhawatirkan Ivan ialah penurunan kualitas yang didapatkan pelanggan. Pasalnya, ketika berbagi jaringan dijalankan maka semua layanan telekomunikasi berada dalam tingkatan dan kondisi yang sama.
"Misalnya, kalau ada kerusakan pada BTS atau terjadi kebakaran, maka layanan telekomunikasi seluler di daerah itu benar-benar mati total. Itu karena pelanggan dari operator A, B dan C sama-sama mengandalkan jaringan (BTS) yang sama. Lain soal kalau gak pakai berbagi jaringan, pelanggan bisa punya alternatif operator," tambahnya.
Meski begitu, Ivan mengaku perusahaannya menyambut baik niatan pemerintah melahirkan sebuah aturan demi mendukung efisiensi operator lewat berbagi jaringan. Bahkan, tak adanya paksaan dari pemerintah soal implementasi bisnis lewat berbagi jaringan disebutkan sebagai langkah bijak yang dikeluarkan pemerintah.
BACA JUGA :
- Hindari kasus IM2 terulang, pemerintah siapkan aturan berbagi jaringan
- Tingkatkan efisiensi, operator disarankan berbagi jaringan
- Tingkatkan kualitas internet, Telkom mutasi gardu tembaga ke fiber
- Telkom pastikan layanan tetap aman dan terkendali
- Pasca ledakan bom, Telkomsel pastikan layanan tetap aman
(brl/red)