Bermimpi jadi One Billion Company, Kinerja Pay ingin seperti Lazada
Techno.id - Lazada boleh dibilang jadi salah satu kisah manis yang tercatat dalam perjalanan bisnis online dunia. Perusahaan e-commerce di Asia Tenggara yang baru berusia empat tahun itu telah mendapat suntikan dana sebesar US$ 1 miliar atau setara RP 12 triliun.
-
6 Prestasi Lazada yang layak bikin Alibaba 'klepek-klepek' Mulai dari mencatat penjualan fantastis hingga menjadi rujukan para pemburu karir adalah nilai plus Lazada dibanding e-commerce lain.
-
Tak dinyana, KinerjaPay jadi e-commerce Indonesia pertama di bursa AS "Di sana sudah cenderung lebih stabil dan menerima konsep bisnis digital secara lebih baik."
-
Lippo Group ingin menang di bisnis e-commerce Indonesia Dengan segala talenta andal, Lippo Group menargetkan penjualan di MatahariMall.com bisa mencapai US$ 1 miliar dalam tempo tiga tahun ke depan.
Kisah sukses Lazada itu ternyata dijadikan cerminan positif bagi pemain e-commerce asal Indonesia, KinerjaPay. Perusahaan yang sudah melantai di bursa OTC Market Amerika Serikat itu bermimpi bisa juga mendapat predikat One Billion Company seperti Lazada.
"Valuasi Lazada itu Rp5 triliun, dibeli Alibaba valuasinya sekitar Rp12 triliun (US$1 biliion). Mudah-mudahan kita (KinerjaPay) menjadi one billion dollar company suatu hari ini," kata Frans Budi Pranata, Chief Financial Officer (CFO) PT Kinerja Pay Indonesia.
Ia memaparkan, nilai besar yang menempel pada perusahaan teknologi karena masyarakat sekarang sudah lebih melek teknologi. Cukup banyak masyarakat yang sudah menggunakan layanan digital untuk keperluan pekerjaan maupun sekedar hiburan dan belanja.
Lebih lanjut, Frans meyatakan ada empat alasan utama yang membuat orang berbelanja secara online yakni harga, diskon, menyenangkan dan ketersediaannya. "Empat alasan utama itu yang membuat orang-orang beralih belanja di internet," tambah Frans.
Deny Rahardjo, CEO Kinerja Pay Indonesia mengamini mimpi yang disebutkan Frans dan siap melihat kondisi riil yang ada di sekitar. Deny juga menyatakan menjalankan bisnis itu tidak perlu menjadi sok pintar tanpa mengikuti atau mempelajari pengalaman lingkungan sekitar.
"Untuk menjadi perusahaan yang maju, kita juga perlu belajar dari pemain yang lebih dulu ada, kenapa tidak," papar Deny saat ditemui tim Techno.id, Jumat (29/4/2016).
Deny menambahkan pihaknya tak sungkan untuk mengikuti atau mengadopsi langkah yang dilakukan Lazada, di mana perusahaan yang tersebar di Asia Tenggara tersebut mampu menjadi daya tarik bari perusahaan besar sekelas Alibaba untuk ikut berinvestasi di dalamnya.
"Kalau ada kisah success story, kenapa kita tidak adopsi dengan versi localize dan sesuai dengan kebutuhan. Jadi, jangan jadi sok pinter bia berhasil dan bagus, kalau tidak melihat di sekitar. Ya, ATM lah, Amati Tiru Modifikasi," tanda Deny sambil tersenyum.
(brl/red)