Cantik-cantik, 5 wanita Indonesia ini juga founder startup
Techno.id - Kendati industri teknologi saat ini masih dikuasai kaum adam, faktanya masih ada beberapa wanita yang terlibat di sini. Bahkan, mereka mampu menginisiasi sebuah startup yang berpotensi dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
-
Menginspirasi, 9 gadis cantik ini sukses dirikan Startup Kesembilan gadis ini mampu membuktikan bahwa perempuan pun bisa menjadi pendiri startup yang sukses.
-
Kapan wanita saingi pria di industri teknologi? Meski perlahan-lahan, wanita mulai sanggup ikuti jejak pria di dunia dominasi teknologi
-
5 CEO startup tercantik di Amerika Serikat Tak harus laki-laki, pendiri startup juga bisa dilakukan oleh wanita cantik.
Kali ini, tim Techno.id sudah merangkum daftar wanita yang telah mewarnai industri teknologi Tanah Air dari pelbagai sumber. Pastinya, masih ada Kartini-Kartini lain di luar sana yang juga berpredikat sebagai founder startup dan tidak masuk di daftar ini. Namun setidaknya, rangkuman ini bisa sedikit mengenalkan Anda kalau wanita Indonesia juga bisa berbicara banyak di dunia teknologi nasional.
Fransiska Hadiwidjana - Prelo
Bukan orang baru di industri teknologi, Fransiska Hadiwidjana terus berkarya menggerakkan e-commerce nasional. Sebelumnya, ia sudah mendirikan Kleora, platform jual-beli fashion item wanita. Namun, belum lama ini, Kleora di-rebranding menjadi Prelo yang mewadahi jual-beli barang bekas berkualitas atau preloved.
Menariknya, Prelo tak seperti kebanyakan marketplace. Di Prelo, Fransiska mengajak para seller untuk menceritakan barang-barang yang mereka jual.
Cempaka Adinda Devi - TopJek
Sudah banyak saingan Go-Jek sekarang ini, salah satu kompetitor yang terberat mungkin ialah TopJek. Bisnis layanan ojek online ini digagas salah satunya oleh Cempaka Adinda Devi.
Di kepemimpinannya sebagai Direktur, Cempaka optimistis TopJek bisa langsung menguntungkan dan minim gesekan. Sebab, TopJek tak memberikan insentif apa pun ke pengemudi karena status mereka freelance. Hal ini berbeda dengan perusahaan lain yang langsung memberikan insentif dalam berbagai bentuk yang perlu modal besar dari perusahaan.
Leonika Sari - Reblood
Alumnus Institut Teknologi Sepuluh Nopember ini memiliki mimpi yang mulia, yaitu membuat stok darah di PMI selalu penuh. Bersama timnya, ia lalu membentuk Reblood. Startup ini bertujuan untuk mendorong masyarakat lebih rajin dan siap mendonorkan darahnya.
Dengan Reblood, Leo berharap agar Indonesia tak lagi menderita kekurangan lebih dari 2 juta liter darah per tahunnya dan mengancam nyawa masyarakat yang membutuhkan.
Diajeng Lestari HijUp
Fokus menjual produk fashion untuk Muslim, HijUp dengan mudah mendapatkan tempat di hati konsumen nasional. Pasalnya, bisnis yang dijalankan Diajeng Lestari memiliki ide dan target pasar yang tepat. Alumnus Universitas Indonesia itu bahkan berani memprediksi bisnis busana Muslim bisa mencapai angka Rp3 triliun.
Di sisi lain, fashionpreneur yang satu ini juga mendukung karya desainer hijab agar bisa bersaing di kancah internasional. Tak ayal, HijUp tidak hanya menjadi tempat jualan online, tetapi juga menjadi wadah pameran karya-karya desainer Tanah Air.
Aulia Halimatussadiah Nulisbuku
Berawal dari hobi membaca dan menulis buku, Aulia Halimatussadiah tergerak menggarap bisnis online book store di Indonesia. Lewat cara itu, wanita yang akrab dengan panggilan Ollie ini juga ingin merealisasikan mimpinya agar semua orang bisa memiliki bukunya sendiri dan membuat banyak orang lagi bisa mendapatkan buku dengan mudah.
Ia mendirikan Nulisbuku di tahun 2010 bersama rekan-rekannya. Di samping itu, Ollie juga menyokong sister company dari Nulisbuku, yakni KutuKutuBuku.com.
(brl/red)