Helpdesk software berbasis web ini sudah digunakan oleh puluhan negara
Techno.id - Di dalam dunia bisnis, membangun hubungan yang baik antara pelanggan dan perusahaan adalah salah satu kunci kesuksesan. Sedangkan baik dan buruknya suatu hubungan bisnis (antara perusahaan dan pelanggan) biasanya juga tidaklah terlepas dari bagaimana peran customer service dalam melayani pelanggan.
-
Mimpi punya asisten pribadi? Wujudkan lewat Yesboss Dibesut oleh empat anak muda, Yesboss menargetkan 100.000 pengguna hingga akhir tahun 2015.
-
Dari 5 startup yang diinvestasi East Ventures, satu mati CEO East Ventures: "Kesuksesan startup di Indonesia ada pada founder, bukan pada investor"
-
Brainly: Tempat siswa berinteraksi, berpikir, dan dihargai Bermanfaat sekali nih untuk meminta bantuan mengerjakan PR atau memperdalam mata pelajaran tertentu. Gratis pula!
Berbicara soal layanan customer service, sejauh ini tidak sedikit perusahaan telah gagal karena pelayanan customer service yang tidak dapat membina hubungan baik dengan para pelanggannya. Faktor inilah yang sedang coba diatasi oleh Bornevia, sebuah situs startup yang menawarkan sebuah helpdesk software sederhana berbasis web.
Ada dua fitur menarik yang ditawarkan oleh Bornevia. Pertama adalah software ini mendukung multi-channel, yaitu semua akun media sosial dan email customer service dapat diakses sekaligus dalam satu wadah Bornevia sehingga kerja menjadi lebih efektif. Kedua adalah software ini sudah dilengkapi dengan layanan ticketing system, yaitu pelanggan dapat mengirimkan aduan dengan cepat kepada tim customer service.
Sejauh ini Bornevia telah menyediakan dua layanan meskipun masih dalam tahap Beta. Pertama adalah Startup, yaitu layanan yang dapat digunakan gratis namun dengan fitur yang terbatas. Kedua adalah Business Class, yaitu layanan dengan harga Rp. 140.000 per bulan dengan fitur unlimited.
Bagaimana dengan kredibilitas situs startup ini?
Bornevia didirikan oleh dua orang Indonesia bernama Benny Tjia dan Tjiu Suryanto. Kedua orang lulusan University of Michigan dan Stanford ini sebelumnya pernah bekerja di Silicon Valley, yaitu wilayah di Amerika Serikat yang terdiri dari banyak perusahaan komputer dan semikonduktor seperti Adobe Systems, Apple Computer, Cisco Systems, eBay, Google, Hewlett-Packard, Intel, dan Yahoo!.
Salah satu pendiri bernama Benny pernah bekerja di Yammer sebagai teknisi software dan kemudian bekerja di Astra Internasional di Jakarta. Berdasarkan pengalaman kerja kedua yang didapat dari kedua pendiri ini, mereka akhirnya memutuskan untuk mendirikan Bornevia. Di samping itu peluang pasar CRM di Asia Pasifik yang masih besar juga menjadi alasan lain mereka mendirikan startup ini.
Pada awal masa beroperasi, Bornevia masih mendapat suntikan dana awal dari angel investor. Namun seiring berjalannya waktu kedua pendiri ini berhasil membuat Bornevia mulai menghasilkan uang sendiri karena sudah menerapkan sistem layanan berbayar dan telah diikuti oleh setidaknya 500 perusahaan di 52 negara.
BACA JUGA :
(brl/red)