Ilmuwan berniat buat obat yang meniru efek aktivitas tubuh manusia
Techno.id - Tahukah Anda, selama beraktivitas (terutama saat berolahraga) otot pada tubuh manusia ternyata dapat menghasilkan 1000 reaksi molekuler? Menurut penelitian yang dilakukan oleh University of Sydney, Australia dan University of Copenhagen, Denmark, 1000 reaksi molekuler yang dihasilkan otot pada tubuh manusia tersebut kabarnya dapat menjadi "antibodi" alami untuk melindungi tubuh dari ancaman penyakit berbahaya.
-
Kabar baik vaksin Covid-19, mampu memicu sistem respons imunitas tubuh Hingga saat ini, vaksin telah diujicobakan kepada manusia di sejumlah negara.
-
5 Rahasia atlet pro pecahkan rekor dunia, manfaatkan sport genomics Di balik itu semua, ada perhitungan sains yang kompleks. Alasannya? Tubuh manusia menyimpan potensi tersembunyi yang menunggu untuk diungkap.
-
6 Jenis olahraga yang diprediksi bakal tren di 2021 Bila melakukan olahraga terlalu berat di tengah pandemi justru akan menurunkan sistem imun.
Nah, berdasar hasil penelitian yang dipublikasikan di Journal Cell Metabolism itulah akhirnya peneliti berinisiatif untuk membuat sebuah obat yang dapat meniru efek dari aktivitas tubuh manusia. Obat itu, menurut laporan Softpedia (2/10/15) bakal dikembangkan untuk membantu pasien penyakit berbahaya seperti gangguan kondisi kardiovaskular dan neurologis, mendapatkan manfaat kesehatan dari aktivitas fisik tanpa harus melakukan kegiatan apa pun selama rentang waktu tertentu.
Sayangnya, peneliti belum bisa memastikan kapankah obat yang meniru aktivitas fisik manusia itu mulai tersedia. Menurut peneliti, saat ini mereka tengah fokus mengembangkan dan menemukan cara untuk mengadopsi manfaat dari aktivitas tubuh ke dalam sebuah obat berbentuk tablet atau kapsul.
BACA JUGA :
- Ingin jadi lebih pintar? Konsumsi saja makanan berikut ini
- Ginjal buatan bakal jadi solusi transplantasi organ di masa depan
- Ciptakan saraf implan, ilmuwan ingin bantu pasien ALS berkomunikasi
- Telah ditemukan vaksin baru untuk semua jenis flu
- Ternyata sabun antiseptik tak mempan "bunuh" kuman di kulit
(brl/red)