Ini alasan mengapa baterai ponsel cerdas hanya bertahan sehari dan harus sering di-charge

Advertisement

Techno.id - Ponsel cerdas menjadi perangkat yang digunakan sehari-hari. Baik untuk berkomunikasi atau hiburan. Namun perkembangan teknologi ponsel cerdas di satu sisi memudahkan pengguna, namun di sisi lain baterai yang dibenamkan hampir tidak dapat bertahan seharian.

Lantas, mengapa masa pakai baterai tidak menjadi lebih baik seiring dengan kemajuan fitur smartphone? Tampilan resolusi tinggi yang lebih besar, prosesor yang kuat, fitur perangkat lunak yang cerdas, dan kecepatan data yang lebih ngebut hanyalah beberapa peningkatan selama bertahun-tahun. Namun dengan semua kemajuan teknologi tersebut, pengguna masih mengisi daya ponsel setiap hari.

Alasan masa pakai baterai ponsel cerdas masih buruk

foto: freepik/denisbarysau

Ponsel generasi terdahulu mungkin dapat bertahan selama beberapa hari dengan sekali pengisian daya. Ponsel cerdas yang ada saat ini jauh lebih canggih daripada perangkat sebelumnya, bukankah seharusnya baterai juga semakin maju?

Namun faktanya, masa pakai baterai untuk sebagian besar ponsel cerdas sangat buruk. Maklum, kemajuan teknologi ponsel cerdas tidak berbanding lurus dengan teknologi baterai.  

Di saat prosesor, layar, dan komponen smartphone semakin canggih, justru tidak dibarengi dengan kemajuan teknologi baterai. Padahal berbagai fitur canggih yang dibenamkan pada smartphone saat ini membutuhkan daya yang cukup besar.

Komponen internal yang semakin kecil, memberi ruang bagi baterai yang lebih besar. Mungkin saat ini itu menjadi salah satu jawaban terbaik untuk meningkatkan masa pakai baterai. Artinya, smartphone bisa dibekali baterai yang memiliki kapasitas lebih besar.

Sayangnya, baterai yang ditemukan di smartphone saat ini masih didasarkan pada teknologi dari era 1990-an. Ada kemajuan besar dalam teknologi baterai antara periode 1980-an dan 1990-an, tetapi banyak hal mengalami stagnasi sejak saat itu.

Akankah baterai menjadi lebih baik?

foto: freepik/pe_jo

Semua orang menunggu kemajuan besar berikutnya dalam teknologi baterai. Beberapa waktu lalu muncul wacana "baterai bertumpuk", dan kabarnya Samsung berencana untuk memproduksinya secara massal di masa mendatang.

Baterai bertumpuk secara harfiah adalah beberapa lembar sel yang ditumpuk di atas satu sama lain untuk mencapai kapasitas yang lebih tinggi. Namun, jangan terlalu berharap. Baterai bertumpuk hanya meningkatkan kapasitas sekitar 10%. Ponsel dengan baterai 5.000 mAh dapat memuat 5.500 mAh dengan teknologi baterai bertumpuk.

Baterai solid-state adalah teknologi lain yang bisa menjadi solusi. Baterai konvensional memiliki dua elektroda logam dalam zat elektrolit cair. Partikel ionik bergerak di antara elektroda saat pengisian dan pengosongan.

Seperti namanya, baterai solid-state berbentuk padat. Elektrolit cair diganti dengan sepotong logam atau paduan padat. Elektroda dan elektrolit dapat dikompres menjadi lapisan yang lebih rata daripada baterai berbasis cairan pada umumnya.

Kesepakatan yang jauh lebih besar dalam dunia teknologi baterai adalah Graphene. Ini adalah kisi kristal grafit setebal satu atom. Meskipun hampir 2D, Graphene adalah konduktor listrik dan termal yang sangat baik, namun tetap memiliki tingkat kekerasan dan kekuatan yang tinggi. Baterai graphene akan menawarkan kapasitas 60% lebih banyak daripada baterai lithium-ion dalam ukuran yang sama.

Graphene mungkin adalah bahan yang luar biasa, tetapi ada beberapa penghalang. Graphene sangat sulit dan mahal untuk diproduksi secara massal. Tidak mungkin membuat smartphone dengan baterai Graphene. Saat ini, yang terbaik yang dapat dilakukan adalah baterai hibrida graphene/lithium.

Advertisement


(brl/red)