Ini harapan Jokowi saat berkunjung ke markas Google
Techno.id - Pada berita terdahulu dikatakan bahwa Presiden RI Joko Widodo sedang berada di Amerika Serikat. Dalam lawatannya tersebut, Jokowi menyempatkan diri untuk mengunjungi markas Facebook.
-
Berada di AS, Jokowi sempatkan mampir ke kantor Facebook Meski sedang mengikuti KTT ASEAN-AS, Jokowi menyempatkan diri mengunjungi beberapa perusahaan raksasa di Amerika Serikat.
-
Google siap latih 100 ribu developer Indonesia Penghuni Silicon Valley itu sudah menyiapkan tiga strategi.
-
Jack Dorsey: Semoga hubungan Twitter dan Indonesia langgeng Mantan Wali Kota Solo itu juga bertemu dengan beberapa karyawan Twitter yang berasal dari Indonesia.
Saat berada di kantor Facebook, Jokowi juga menerima ajakan Mark Zuckerberg untuk bermain pingpong secara virtual. Jika di markas besar Facebook saja beliau disuguhi dengan hiburan hi-tech, bagaimana dengan lawatannya ke markas besar Google?
Seperti yang telah diberitakan oleh Merdeka.com® pada hari Sabtu (20/02/16) lalu, Jokowi pun tak lupa mengunjungi markas Google. Saat itu, beliau disambut oleh CEO Google, Sundar Pichai. Menariknya, pria keturunan India tersebut menyambut Jokowi dengan menggunakan kemeja batik coklat lengan panjang.
Berbeda dengan kunjungannya ke markas Facebook, pada saat mengunjungi Google Jokowi justru berdialog dengan para karyawan yang berasal dari Indonesia. Ada sebuah hal penting yang disampaikan pleh Presiden RI saat bertatap muka dengan beberapa karyawan dari Indonesia tersebut.
Dalam dialog tersebut, Jokowi ternyata mengharapkan agar ahli TI yang bekerja di Google untuk pulang dan membangun ekonomi digital di negeri sendiri. Nah, apakah mereka bersedia mengabulkan harapan Jokowi? Bagaimana menurut Anda?
BACA JUGA :
- Jangan kaget, tiap buka Chrome nantinya Anda akan disuguhi artikel!
- Berkat Google Cardboard, wanita ini akhirnya dapat melihat lagi
- Kini, Anda bisa tambahkan foto profil pada Google Play Games
- Google harus mengakui kekalahannya dari pengembang asal Tiongkok
- Google siap latih 100 ribu developer Indonesia
(brl/red)