Ironis, inilah 7 startup yang gulung tikar sepanjang 2015

Advertisement

Techno.id - Tak bisa dipungkiri, saat ini model bisnis startup merupakan lahan bisnis yang sangat menjanjikan. Peluang di bisnis ini kini kian terbuka lebar setelah akses internet yang merata di hampir seluruh penjuru dunia.

Sayangnya, iklim 'panas' nan menjanjikan bisnis startup ternyata tak menjanjikan kesuksesan bagi para pengusaha ini. Alih-alih meraih untung berlipat, para pebisnis ini justru harus gulung tikar dan menyerah pada ketatnya persaingan di bisnis startup tahun 2015 ini.

Apa saja bisnis startup yang justru harus ditutup di tahun 2015 ini? Simak saja daftarnya berikut, seperti Techno.id kutip dari BusinessInsider (15/12/15).

Quirky

Bisnis platform penemuan yang dirilis sejak tahun 2009 ini, sayangnya harus ditutup jelang tahun 2015 berakhir. Alasannya, perusahaan menganggap bahwa bisnis yang dijalankan selama ini hanya memperoleh untung yang kecil. Sebagai contoh, Quirky pernah menghabiskan dana hingga USD 400.000 atau setara Rp5,6 miliar untuk membuat speaker bluetooth, namun sayangnya produk yang terjual hanya 28 unit.

Tak hanya itu, anak perusahaan bernama Wink yang fokus menciptakan hub untuk perangkat smart home pun dilaporkan mengalami sejumlah kegagalan terutama masalah keamanan sehingga pada bulan September lalu, Kaufman sang CEO memutuskan untuk mengajukan kebangkrutan dan menutup perusahaan.

Homejoy

Homejoy perusahaan yang menawarkan jasa homecleaning on-demand juga termasuk salah satu perusahaan startup yang memutuskan 'menyerah' menjelang akhir tahun 2015 ini. Perusahaan yang dipimpin oleh Adora Cheung itu mengungkapkan jika kesulitan mendapatkan dana adalah salah satu penyebab mengapa perusahaan tersebut harus ditutup pada bulan Juli lalu.

Terlepas dari itu, Christina Farr dari Backchannel menganggap bahwa Homejoy yang sebenarnya berpotensi itu harus ditutup karena ketidakmampuan perusahaan melayani pelanggan dengan baik dan membayar karyawan dengan harga yang pantas.

Sangat disayangkan.

Zirtual

Bisnis yang memberikan layanan asisten virtual on-demand ini sayangnya harus ditutup pada bulan Oktober 2015 lalu. Maren Kate Donovan sang CEO mengungkapkan jika perusahaan terlalu banyak merekrut karyawan sehingga kesusahan saat harus menggaji mereka. Alhasil, pada bulan Agustus lalu Donovan memutuskan untuk mem-PHK 400 karyawannya pada tengah malam melalui email.

Secret

Secret merupakan aplikasi khusus yang memungkinkan pengguna memposting teks secara anonim layaknya Yik Yak dan Whisper. Sayangnya, di penghujung tahun 2015 ini David Byttow sang CEO memutuskan untuk menutup aplikasi besutannya itu dikarenakan Byttow merasa jika visi Secret kini sudah tak sejalan dengannya.

Ia mengungkapkan jika aplikasi buatannya itu sudah tak sesuai dengan dirinya karena harus mendapat perubahan setelah mendapat banyak protes dari pelbagai pihak mengenai penggunaan Secret sebagai media bullying.

Grooveshark

Bisnis layanan streaming musik yang diluncurkan pada tahun 2006 ini akhirnya harus ditutup pada tahun 2015 karena mengalami masa sulit. Terlebih saat Grooveshark harus banyak mengalami masalah dengan pemegang lisensi musik yang diputarnya.

Dalam postingan perpisahan, pihak Grooveshark mengungkapkan jika mereka tak sanggup lagi mengamankan lisensi dari pemegang hak musik yang kini jumlah sudah sangat besar.

Rdio

 Sama seperti Grooveshark, Rdio merupakan layanan streaming musik yang diluncurkan oleh mantan pekerja Skype dan Kazaa pada tahun 2010. Di bulan November, pihak Rdio mengungkapkan kebangkrutan karena tak mampu lagi bersaing dengan layanan streaming musik lainnya yang menawarkan model streaming secara gratis.

Akhirnya, di bulan yang sama, Pandora dilaporkan telah mengakuisisi Rdio dengan nilai transaksi mencapai USD 75 juta dan berhak atas teknologi dan hak cipta di balik layanan streaming musik Rdio.

Leap Transit

Perusahaan startup yang fokus memberikan layanan bus dan komuter di San Fransisco sejak tahun 2013 ini harus menangguhkan layanan pada bulan Mei lalu setelah perselisihan yang kerap terjadi antara pihaknya dengan pihak berwenang. Pasca peristiwa bertubi-tubi yang dialaminya, akhirnya Leap Transit pun memutuskan untuk menutup layanannya pada bulan Juli lalu setelah hanya mampu menghasilkan pendapatan bruto sebesar Rp291 jutaan tahun 2015.

Advertisement


(brl/red)