Sejarah singkat mengapa Nokia mengusung OS Windows Phone

Advertisement

Techno.id - Nokia memang sempat mengalami masa kejayaan. Begitu juga dengan Microsoft yang pernah sukses dengan Personal Digital Assistant (PDA) berbasis Windows Mobile. Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan smartphone, 2 perusahaan besar ini juga mengalami penurunan omzet yang cukup signifikan karena kalah bersaing dengan perusahaan lain yang meluncurkan smartphone dengan OS lain.

Seperti apa sepak terjang mereka di masa lalu? Bagaimana cara 2 perusahaan ini bangkit dari keterpurukan di ranah mobile device? OS apa saja yang hadir di tengah masa transisi tersebut? Untuk lebih jelasnya, simak saja beberapa fotonya berikut ini...

Masa kejayaan

Di masa kejayaannya, nama Microsoft cukup tenar setelah merilis OS Windows Mobile pada PDA. OS tersebut juga digunakan pada PDA seperti T-Mobile MDA II, atau HP Ipaq h6315. Kedua PDA tersebut sama-sama menjalankan Windows Mobile 2003 PocketPC Phone Edition. Tentu saja, pada masa itu, harga PDA masih bisa dibilang cukup tinggi.

Windows Mobile 5

Sekitar bulan November 2006, Samsung merilis ponsel dengan keypad qwerty. Ponsel yang bernama Samsung Blackjack ini memang terlihat mirip dengan BlackBerry. Dibanderol dengan harga yang cukup tinggi, Blackjack mengusung OS Windows Mobile 5, yang sudah dianggap cukup canggih kala itu.

LG Prada

Masih di tahun yang sama, LG merilis varian Prada. Ponsel ini juga memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan smartphone. Layarnya berukuran besar dan dibekali dengan fitur all-touch display, kehadiran ponsel ini juga merupakan tanda bahwa kejayaan ponsel besutan Nokia dan Windows Mobile mulai terancam.

Nokia N95

Dengan perjuangan yang cukup keras, pada tahun 2007 silam Nokia meluncurkan N Series. Dibekali dengan banyak fitur baru, N Series kembali membawa nama Nokia naik ke permukaan sebagai raja ponsel. Pada tahun tersebut, N Series terjual sebanyak 106 juta unit di seluruh dunia. Salah satu varian yang menjadi idola dan dibanderol dengan harga cukup tinggi adalah N95.

iPhone dan iOS

Pada bulan Juni 2007, Apple merilis iPhone, yang merupakan sebuah pukulan telak bagi smartphone besutan Nokia. Dibekali dengan layar touchscreen dan iOS, ponsel kebanggaan Apple ini memang saat itu tak begitu dikenal masyarakat Indonesia. Namun di luar sana, banyak pecinta smartphone yang kemudian menjatuhkan pilihan pada iPhone.

Android

Setahun kemudian, HTC merilis smartphone terbarunya. Dibekali dengan layar touchscreen yang cukup besar, ponsel bernama HTC Dream ini dibekali dengan OS Android. Tentu saja, kehadirannya semakin membuat Nokia dan Windows Mobile tergusur dari ranah smartphone.

Awal bencana

Pada tahun 2010 lalu, Microsoft ingin mengembangkan ponsel yang dibekali dengan banyak fitur, harganya murah, dan mulai menyasar pasar remaja. Mendukung langkah tersebut, Microsoft membeli Danger Incorporated dengan harga US$ 500 juta. Danger juga lah yang akhirnya mendesain T-Mobile Sidekick dengan desain lebih dinamis dan berbeda dengan PDA yang memang dikhususkan untuk para pebisnis dan profesional muda.

Dibekali dengan OS Windows CE, ponsel ini tak menunjukkan angka penjualan yang signifikan sejak pertama kali diluncurkan.

Stephen Elop

Di tengah maraknya pengguna handset berbasis iOS dan Android, pendapatan Nokia semakin menurun dengan drastis. Di tengah kepanikannya, perusahaan tersebut kemudian membayar salah seorang petinggi Microsoft yaitu Stephen Elop, dan memintanya untuk masuk ke dalam 'kapal' yang mulai oleng.

Dalam usahanya untuk menyelamatkan perusahaan, CEO baru tersebut melakukan banyak perubahan yang cukup kontroversial.

Kerjasama Nokia dan Microsoft

Sekitar bulan Februari 2011, Elop merilis sebuah memo yang bernama Burning Platform. CEO baru tersebut mengatakan bahwa inilah titik balik Nokia. Apa yang kemudian terjadi?

Nokia dan Microsoft kemudian masuk dalam sebuah kesepakatan yang kemudian berjuluk Strategic Partnership. 2 raksasa elektronik yang sedang goyah itupun mendapatkan sebuah kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak yaitu: Nokia menyetujui bahwa ponsel terbarunya akan menjalankan OS Windows Phone.

Nokia N9

Dengan berbekal OS baru, Nokia kemudian meluncurkan N9 ke pasaran. Dengan casing warna warni serta UI yang menggoda, ponsel ini diharapkan bisa eksis di tengah maraknya pengguna handset berbasis iOS dan Android.

Edisi awal ini dikatakan memang hampir bisa menyamai performa iPhone kala itu. Namun meski bisa dikatakan mampu menuai sukses dan bangkit dari keterpurukan, Stephen Elop bersikukuh agar Nokia tetap menggunakan software buatan Microsoft.

Anak pertama

Seperti sedang berusaha mengejar ketinggalan, Nokia pun tetap menggunakan body N9, namun ponsel baru tersebut dijejali dengan OS Windows Phone 7. Ponsel ini juga bisa dibilang sukses sejak pertama diluncurkan. Namun sayangnya, tak lama kemudian banyak menuai kritik.

Smartphone besutan Nokia yang mengusung Windows Phone 7 ini dibangun di atas kernel Windows CE keluaran lama. Artinya, di masa yang akan datang ponsel ini takkan bisa menerima software update.

Nadella

Pada bulan Januari 2012, Nokia kembali meraup keuntungan karena keberhasilannya menjual ponsel di atas 100 juta unit. Nokia berhasil menjual 113,5 juta unit di 3 bulan pertama taunb 2012. Dan akhirnya, setelah lama malang melintang berjualan ponsel, pada bulan September 2013, Nokia resmi diakuisisi oleh Microsoft.

Steve Ballmer yang telah menjadi CEO Microsoft selama 13 tahun pun harus undur diri, dan posisinya digantikan oleh Stephen Elop yang telah membuktikan keberhasilannya. Semantara itu, Satya Nadella adalah kepala bagian divisi cloud dan enterprise.

Pria inilah yang menobatkan diri sebagai anti-Ballmer, dan memaksa Microsoft untuk menjual kepingan CD Windows serta Office.

2 menjadi 1

Tugas pertama Satya Nadella adalah menyambut Stephen Elop yang menjabat menjadi kepala Microsoft Device Group. Kedua orang inilah yang membuat Microsoft menjadi diperhitungkan kembali, terutama di ranah mobile device. Harapan mereka ke depannya adalah, dengan keberhasilan membawa kembali bisnis ponsel, keuntungan akan semakin berlipat ganda, dan biaya produksi pun bisa semakin ditekan.

Awal dari sebuah akhir

Ponsel Nokia-Microsoft ini bisa dikatakan menuai kesuksesan sejak tahun 2011 lalu. 2 perusahaan raksasa yang saat itu mulai goyah berhasil bangkit dari keterpurukan dan membuktikan pada dunia bahwa mereka bisa menciptakan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, serta menarik minat para generasi muda untuk menggunakannya.

Apakah kesuksesan ini tetap bisa dipertahankan di tengah maraknya persaingan di ranah ponsel belakangan ini? Apakah di masa yang akan datang, orang-orang hebat tersebut bakal menghasilkan OS baru atau gadget baru yang menarik minat banyak orang? Tunggu saja...

Advertisement


(brl/red)