Siap-siap, Smartfren segera luncurkan layanan 4G LTE
Techno.id - Smartfren tengah mempersiapkan diri untuk menyediakan layanan telekomunikasi termutakhir 4G LTE (Long Term Evolution) secara komersial di Indonesia. Saat ini, perusahaan yang berkantor pusat di Jalan Sabang, Jakarta Pusat, itu sedang membangun fasilitas pendukung layanan 4G.
-
Kompetitor akui Smartfren kuat di layanan 4G Telkomsel akui Smartfren Telecom bakal jadi pesaing kuat di ranah layanan 4G.
-
Hadapi kompetisi 4G yang padat, Smartfren tak gentar Smartfren: Jaringan 4G kami sudah mencakup 80 persen kota besar di Indonesia
-
Makin luas, layanan 4G LTE-A Smartfren hadir di 85 kota Jumlah itu meningkat secara pesat dari jumlah kota yang dijangkau Smartfren pada akhir tahun 2015 yang tersedia di 22 kota.
"Sekarang kita sedang bangun fasilitas pendukungnya dulu. Smartfren pakai perangkat dari Nokia di wilayah Barat dan ZTE di wilayah Timur," ungkap Merza Fachys, Direktur Smartfren sewaktu ditemui tim Techno.id di The Hall Senayan City, Jakarta.
Smartfren mengaku telah mendapatkan sertifikasi Uji Laik Operasi (ULO) yang membuktikan layanan kualitas jaringan 4G LTE yang dimilikinya. Merza menyebutkan izin sertifikasi ULO untuk menggelar layanan 4G LTE secara komersial itu telah dikantongi Smartfren sejak bulan Mei lalu.
Merza Fachys, Direktur Smartfren © 2015 techno.id
Meski begitu, Smartfren mengaku masih belum akan menyediakan layanan komunikasi berbasis internet cepat 4G secara komersial dalam waktu dekat. Kemungkinan, perusahaan itu baru akan meluncurkan layanan 4G pada semester kedua tahun 2015.
"Layanan 4G secara komersial baru akan kita luncurkan di semester kedua tahun ini. Bulan Juli mungkin sudah ada informasi pasti kapan pelanggan Smartfren bisa menikmati layanan berbasis 4G yang kita sediakan," jelas Roberto Saputra, Chief Brand Officer Smartfren.
Pembangunan infrastruktur 4G LTE Smartfren ini sebelumnya disebutkan memerlukan biaya hingga Rp10 triliun. Biaya pembangunan infrastruktur yang sangat tinggi itu disebabkan Smartfren harus melakukan penyediaan perangkat baru karena memakai jaringan frekuensi baru di 2.300 Mhz.
"Jaringan yang dipakai kan baru di 2.300 Mhz jadi perangkatnya juga enggak bisa pakai perangkat BTS dan fasilitas lama sewaktu pakai frekuensi 1.900 Mhz. Dananya kita ambil dari dana perusahaan karena memang resiko kita," tambah Merza.
BACA JUGA :
(brl/red)