Tokopoket: Media sosial jual beli khas Indonesia
Techno.id - Tak bisa dipungkiri penggunaan hashtag atau tanda pagar saat ini begitu sangat populer di media sosial. Seiring berjalannya waktu, penggunaan hashtag pun juga populer digunakan untuk menjajakan sebuah produk di media sosial. Meski sangat membantu menarik perhatian, penggunaan hashtag yang berlebihan secara tidak langsung dapat mengganggu pengguna media sosial lainnya.
-
Social Bread bantu UKM manfaatkan live shopping di media sosial sebagai lapak berjualan Selama ini banyak pemilik bisnis dan UKM yang gagap teknologi sehingga kesulitan memanfaatkan media sosial
-
Dari Silicon Valley, dua pemuda ini kembangkan MPOS di Indonesia Berbekal pengalaman yang didapat selama mengenyam pendidikan dan bekerja di Amerika, Haryanto Tanjo dan Gradi Laksmono kembangkan Mokapos.com
-
GetFolks, situs media sosial baru karya anak Indonesia GetFolks ingin kembali lahirkan tren kartu pos yang makin tenggelam karena teknologi
Oleh karena itu, Gerry Herwanto dan Yuwonosigit, dua pemuda asal Indonesia ini baru saja meluncurkan sebuah aplikasi social marketplace yang diberi nama Tokopoket. Seperti dilaporkan oleh TechInAsia (12/6/15), Tokopoket dirancang oleh kedua pemuda tersebut layaknya sebuah media sosial yang digunakan khusus untuk transaksi jual beli. Uniknya, medsos khusus jual beli ini tidak memerlukan proses registrasi, melainkan hanya memerlukan proses sign up dan pengguna pun bisa langsung melakukan transaksi.
Bagi Anda yang ingin memulai berjualan di aplikasi ini, Anda hanya perlu mengambil foto produk dan menampilkannya pada laman aplikasi dengan memberikan deskripsi produk, mengisi hashtag, serta kisaran harga yang Anda tawarkan. Secara otomatis, foto dan informasi yang Anda isikan tadi nantinya akan muncul dengan tombol Buy di laman aplikasi Anda. Menariknya, aplikasi ini memunculkan jumlah following dan followers, item, serta reputasi (like dan dislike) di setiap profil pengguna layaknya media sosial pada umumnya.
Meski Tokopoket merupakan social marketplace, Geri dan Yuwono justru tidak mengurusi masalah sistem pembayaran yang terjadi pada aplikasi buatannya. Mereka memberikan kebebasan kepada pengguna untuk menentukan sendiri metode pembayarannya, misal transfer antar bank, cash on delivery, atau lainnya. Geri dan Yuwono bahkan tidak menarik komisi dari transaksi penjualan yang terjadi di aplikasinya.
Namun, keduanya mengungkapkan, jika pengguna ingin produknya tampil di halaman depan aplikasi, mereka menyediakan layanan "premium" yang memberlakukan biaya tertentu. Jadi, dengan menggunakan layanan ini produk yang ditawarkan pengguna akan secara otomatis terpampang di halaman depan dan berpeluang dilihat oleh lebih banyak pembeli. Selain itu, Tokopoket juga menyediakan pilihan berlangganan yang memungkinkan foto-foto produk pengguna bisa ditampilkan lebih dari 30 hari. Geri mengatakan, setiap perpanjangan waktu tayang per bulannya, pengguna akan dikenai biaya sebesar Rp 10.000 saja. Menurutnya, biaya itu jauh lebih murah dan efisien ketimbang harus menarik biaya sebesar 10 hingga 15 persen dari transaksi yang terjadi.
Saat ini, aplikasi Tokopoket bisa Anda dapatkan secara gratis di Google Play Store untuk perangkat Android dan menyusul bulan depan aplikasi akan hadir di App Store bagi Anda pengguna perangkat iOS. Gerry menjelaskan, sekarang startup rancangannya ini memfokuskan diri di pasar lokal, seperti Jakarta. Ke depannya, Gerry mengatakan bahwa layanannya ini akan merambah pasar kota-kota besar di Indonesia lainnya seperti Bali dan Surabaya.
BACA JUGA :
(brl/red)