Berantas "mama minta pulsa" harus dengan menjual mahal kartu perdana

Advertisement

Techno.id - Apakah Anda sering mendapatkan pesan singkat atau SMS yang berbunyi seperti ini "mama sedang di kantor polisi, tolong isikan pulsa ke nomor ini segera"? Atau Anda pernah mendapatkan telepon dari nomor yang tidak jelas serta mengaku-aku sebagai kerabat yang telah tertangkap polisi karena kedapatan membawa narkoba?

Ya, itulah adalah segelintir dari beberapa jenis penipuan via ponsel yang beberapa waktu belakangan ini marak terjadi. Pakar pengamanan komunikasi dan sistem informasi, Pratama Persadha mengatakan bahwa perlu ada terobosan baru dari pemilik provider untuk mencegah penipuan terus terjadi.

"Ini persoalan telekomunikasi, di Brunei nomor enggak ganti-ganti. Rp 600 ribu kalau mau ganti nomor. Sama kayak Amerika, ke sana mau beli nomor harus kasih paspor, kartu identitas. Di sini bebas saja aturan telekomunikasi menurut saya itu perlu," ungkap Pratama seperti dilaporkan oleh Merdeka (23/4/15).

Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Brunei dan Amerika sudah sepantasnya juga dilakukan di Indonesia, mengingat pelaku penipuan selalu dengan mudah dapat berganti-ganti nomor. Bahkan, pelaku penipuan dapat dengan mudah membuang nomor mereka saat aksinya mulai terendus oleh pihak berwenang dan menggantinya dengan yang baru. Harga kartu perdana yang bisa dibilang sangat murah Rp 5.000 bahkan gratis membuat orang tak sayang menghanguskan nomornya.

Pratama bahkan mengungkapkan, jika saja peraturan seperti di beberapa negara maju tersebut dapat diterapkan di Indonesia, bukan tidak mungkin kejahatan bisa dicegah. Ya, kata dia, hanya dengan memanfaatkan nomor telepon saja, lokasi pelaku kejahatan dapat dilacak dengan mudah.

Sebenarnya, menurut Pratama, beberapa provider telah memiliki langkah preventif untuk menanggulangi masalah "mama minta pulsa" ini, seperti mem-block pemilik nomor jika ada laporan. Namun, lagi-lagi langkah ini dirasa masih belum efektif.

Advertisement


(brl/red)