Inovasi anak bangsa, 'sulap' air keran jadi energi listrik
Techno.id - Untuk yang kesekian kalinya, sebuah inovasi baru kembali lahir dari dalam negeri. Kali ini, kreativitas anak bangsa tersebut berupa sebuah prototipe teknologi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi listrik rumah tangga, yaitu 'menyulap' air keran menjadi energi listrik.
Inovasi baru ini lahir dari tiga orang mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya (FT-UB). Mereka adalah Muhammad Fatahila yang berperan sebagai sang mekanik, Hasan sebagai virtual & design, serta Rosihan Arby Harahap yang berperan sebagai seorang elektro.
-
3 Mahasiswa Universitas Brawijaya sukses bikin generator mini, brilio! Perangkat tersebut dinamakan OASE, berupa generator mini yang memanfaatkan air keran sebagai sumber energi.
-
Mahasiswa ITB ciptakan tenaga listrik tenaga ombak, brilio! Mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menggagas sebuah ide untuk membuat Oseanopori.
-
Mahasiswa ITB gunakan gelombang air laut untuk hasilkan listrik Mahasiswa ITB menciptakan Oseanopori untuk menghasilkan listrik dari gelombang air laut.
"Alat ini bisa menghasilkan tegangan dan daya listrik optimal di angka 5 volt dan 1 watt, sehingga dapat digunakan untuk memasok kebutuhan listrik lampu LED atau diintegrasikan dengan pembangkit lain melalui sistem grid," ujar Fatahila selaku ketua tim.
Perangkat yang berupa generator mini ini diberi nama OASE. Dan selain lampu LED, OASE diklaim juga dapat digunakan di beberapa jenis lampu lainnya, seperti neon. Hanya saja, dibutuhkan inverter dan proses yang sedikit lebih lama karena membutuhkan energi listrik yang lebih besar.
Menurut sang ketua, mekanisme kerja perangkat yang dibuat dalam waktu dua pekan ini disambungkan dengan storage berupa baterai polymer atau aki. Selain dapat menyimpan energi, storage juga berfungsi untuk menjaga tegangan agar alus listrik yang keluar tetap dalam takaran yang stabil.
Dalam rencana pengembangan ke depan, lanjut Fatahila, alat yang dibuat di laboratorium elektronika tersebut akan dilengkapi dengan kontroler. Jika sudah sempurna, alat ini dapat dimuat ke dalam produk keran yang dijual di pasaran sebagai bentuk dukungan untuk slogan "home made energy".
Sebuah fakta menariknya, Fatahila bahkan juga mengungkapkan jika teknologi OASE ini tidak membutuhkan biaya produksi yang mahal dan nantinya dapat dikombinasikan dengan energi ramah lingkungan. Misalnya seperti teknologi tenaga surya atau kincir angin.
"Biaya produksi alat ini sangat murah, yakni hanya sebesar Rp 120.000. Sebelumnya alat ini juga berhasil menempati peringkat tiga di acara National Innovative Product Exhibition Contest (NAPEC) 2015 yang digelar oleh Program Studi Teknik Kimia FT-UB," paparnya.