Siapa bilang bisnis kecil di Indonesia bebas dari cybercrime?
Techno.id - Kejahatan di dunia maya semakin hari semakin mengerikan dan terorganisasi saja. Tak ayal, motif yang dianut para penyerang cyber untuk menyusup ke jaringan pun terus berkembang. Yang mengejutkan, mereka sekarang tak cuma menarget perusahaan besar, tetapi juga mulai merambah ke bisnis UKM!
Temuan ini disampaikan oleh Symantec dalam news release yang diterbitkan hari ini (14/4/15). Menurut mereka, kasus ini sangat lazim dialami perusahaan besar maupun kecil. Yang patut menjadi catatan ialah tidak semua perusahaan mempunyai keamanan TI yang ketat, apalagi perusahaan kecil. Tak heran, bisnis UKM pun menjadi sasaran empuk para kriminal dunia maya.
-
Bahaya, penipuan lewat media sosial di Indonesia sangat tinggi! Buktinya, Indonesia menduduki peringkat ke-13 se-Asia-Pasifik dan Jepang sebagai negara dengan penipuan tertinggi di jejaring sosial.
-
Malware ancam industri kesehatan Awal tahun 2015 terjadi peningkatan kejahatan cyber secara signifikan yang menyasar berbagai lini kehidupan, salah satunya industri kesehatan.
-
Negara berkembang keluhkan lemahnya keamanan internet Sistem keamanan internet di negara berkembang masih lemah. Hal ini disebabkan negara berkembang hanya terfokus pada peningkatan ekonomi saja.
"Di Indonesia, 60 persen UKM dengan karyawan kurang dari 250 orang menjadi sasaran serangan phishing pada tahun 2014," Subhendu Sahu, Senior Director ASEAN Channels Symantec, membuktikannya dalam pernyataan tertulis.
Karena target serangan mereka baru, para penjahat cyber pun mengubah modus operandinya. Dahulu, mereka memasuki jaringan perusahaan secara paksa, dengan memanfaatkan Trojan atau "penyusup" sejenis. Sekarang, ancaman itu telah berganti dengan mekanisme yang lebih sederhana sekaligus mematikan. Ya, dengan menginfeksikan malware pada software yang ada di jaringan internal, mereka tak perlu susah payah lagi untuk menyusup ke dalam jaringan tersebut.