Apakah Kemoterapi dapat menyambung nyawa seseorang?
Techno.id - Beberapa waktu lalu, terdapat penelitian yang mempertanyakan tentang kemoterapi tak terlalu membantu pasien di saat-saat terakhirnya. Dalam penelitian tersebut tidak membahas tentang kemoterapi standar untuk memperpanjang hidup atau untuk menyembuhkan kanker. Melainkan kemoterapi yang diberikan kepada pasien dengan tumor ganas dan telah divonis tidak akan bertahan lebih dari enam bulan.
Penelitian seperti ini memang dibutuhkan untuk membuktikan apakah kemoterapi bermanfaat untuk orang yang sekarat atau tidak. Akhirnya, dari penelitian ini didapat kesimpulan yang cukup mengejutkan. Holly Prigerson, direktur pusat Cornell untuk penelitian End-Of-Life Care menyatakan, "Kemoterapi tidak dimaksudkan untuk menyembuhkan orang-orang seperti itu (sekarat)." Meski begitu, terkadang pasien dengan kanker stadium lanjut tetap diberikan kemoterapi dengan harapan mungkin itu bisa memperpanjang hidup mereka atau untuk membuat hidup mereka lebih nyaman.
-
Pasien kanker berisiko terkena masalah jantung, ini cara mengatasinya Pengobatan kanker dengan kemoterapi agresif bisa menyebabkan pasien berisiko mengalami penyakit jantung.
-
Pentingnya perawatan paliatif pada penderita kanker, ini penjelasannya Perawatan paliatif dapat membantu peningkatan kualitas hidup pasien
-
Fakta ini ungkap sebab orang pilih berobat alternatif daripada medis! Dalam kasus-kasus tertentu, pasien yang hendak berobat secara medis justru merasa direpotkan dengan prosedur yang ada.
Dalam penelitian ini, Prigerson dan rekan-rekannya mengecek sendiri keadaan sebenarnya ketika pasien mendapatkan kemoterapi. Mereka memulai penelitian ini dengan bertanya kepada perawat tentang apa yang dirasakan pasien selama minggu-minggu terakhir dalam kehidupan mereka.
"Perawat menilai hal-hal seperti suasana hati pasien, bagaimana mereka cemas, gejala fisik, dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan," kata Prigerson. Dari laporan para perawat, diketahui bahwa kemoterapi sering merugikan pasien, mengurangi kualitas hidup mereka, dan parahnya tidak selalu memperpanjang hidup mereka.
Prigerson mengakui bahwa beberapa orang mungkin masih memilih untuk kemoterapi demi kesembuhan penyakitnya. Namun, di sisi lain pasien dan dokter juga harus memahami dampak baik dan buruk dari perawatan di akhir kehidupan mereka, seperti yang disadur dari NPR (23/7/15).
"Saya pikir beberapa pasien akan berkata, 'Aku tidak peduli dengan semua itu, aku ingin dikemoterapi. Dengan kemoterapi, aku merasa tidak lemah karena melawan kanker ku sendiri.' Semangat untuk hidup boleh-boleh saja, tapi pasien justru akan mendapat rasa sakit yang teramat sangat karena toksisitas dan efek samping dari pengobatan," ujarnya.
Oleh karena itu, sebelum memilih penyembuhan dengan kemoterapi, sebaiknya pasien dan dokter saling berunding untuk mengetahui kelanjutan dari perawatan ini seperti apa. Jangan sampai maksud hati ingin mengobati, justru berbuah petaka terhadap diri sendiri.
RECOMMENDED ARTICLE
- Peneliti temukan antibodi baru untuk musnahkan segala jenis virus flu
- Akupuntur jadi solusi baru untuk menghilangkan stres
- Peneliti Korea temukan kulit elektronik sama seperti kulit manusia
- Peneliti: Simpanse juga mengenali wajah layaknya manusia
- Ilmuwan temukan bahwa ganja bisa jadi obat mujarab untuk patah tulang