Ilmuwan dunia sedang hadapi wabah 'pembusukan' karya ilmiah

Techno.id - Para ilmuwan dunia saat ini sedang kewalahan, pasalnya jumlah penelitian ilmiah yang semakin banyak membuat para ilmuwan semakin sulit untuk melacak semua publikasi yang relevan dengan bidang kajian mereka. Akibatnya, beberapa karya ilmiah yang diukur dengan jumlah kutipan, pasti akan 'membusuk' dengan cepat. Kenyataan ini dipaparkan dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh tim peneliti dari Finlandia dan California.
Dalam studi tersebut para peneliti melakukan studi mendalam tentang 'siklus hidup' karya ilmiah di berbagai disiplin ilmu. Biasanya tingkat kutipan dari sebuah karya ilmiah meningkat hingga beberapa tahun setelah publikasi, dan kemudian turun atau bahkan tidak di akses sama sekali hingga beberapa tahun ke depan. Padahal, jumlah dan masa pakai kutipan merupakan sebuah bentuk pengakuan atau promosi, dan juga pengukur reputasi bagi para ilmuwan.
-
Mengapa plagiasi jadi polemik serius di kalangan akademisi? Begini alasan dan penjelasannya Plagiarisme bahkan dianggap sebagai ancaman bagi kredibilitas lembaga pendidikan tinggi.
-
45 Contoh penggunaan kata baku dalam karya ilmiah, lengkap dengan penjelasannya Dalam karya ilmiah, penting untuk menggunakan kata baku agar penulisan lebih terpercaya
-
50 Contoh kalimat rujukan yang benar dalam bahasa Indonesia, pahami pengertian dan jenisnya Kalimat rujukan yang benar akan membantu kamu menjadi penulis yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab.
Seperti dilaporkan CNET (14/3/15), studi yang melakukan kajian terhadap semua publikasi karya ilmiah dari database Thomson Reuters Web of Science hingga akhir 2010, melaporkan bahwa wabah 'pembusukan' karya ilmiah tidak lepas dari makin mudahnya publikasi penelitian, terutama melalui media online. Hampir setiap hari penelitian baru bermunculan dan dipublikasikan sehingga dengan mudah dapat di akses oleh seluruh warga dunia. Namun ternyata, kemudahan inilah yang menyebabkan penelitian ilmiah justru mudah dilupakan karena kecenderungan orang awam atau kaum akademisi lebih percaya mengakses penelitian yang baru dan membuat penelitian lama akan cenderung 'membusuk' karena minimnya akses atau kutipan.
Selain itu, kemudahan publikasi menyebabkan kemungkinan salah tafsir atau pemahaman terhadap karya ilmiah menjadi sangat besar, karena tidak semua penelitian baru memiliki kevalidan baik dari metode maupun hasil penelitiannya. Oleh karena itu, Anda sebagai konsumen penelitian ilmiah harus lebih cermat dalam memilih dan memilah penelitian mana yang valid atau mana yang asal-asalan.
RECOMMENDED ARTICLE
HOW TO
-
Ini cara memperbaiki file JPG yang tidak dapat dibuka di komputer Windows, gampang kok!
-
Cara mengonversi gambar jadi teks yang dapat diedit di Microsoft Word, pakai AI lebih cepat & gampang
-
10 Cara mentransfer file dari iPhone ke PC Windows, pakai kabel atau tidak tak masalah!
-
Cara login WhatsApp Web tanpa menggunakan HP, simpel dan aman dengan trik ini
-
10 Aplikasi Android penghitung kalori demi diet aman saat Idul Fitri, jangan sampai gagal
TECHPEDIA
-
10 Cara download gambar di Pinterest kualitas HD, cepat dan mudah dicoba
-
Cara download game PS2 dan PS3 di laptop dan HP, bisa main berdua
-
10 Fitur canggih iPhone 16E, bakal jadi HP Apple termurah di bawah Rp 10 juta?
-
10 HP Xiaomi in bakal kebagian AI DeepSeek, bisa kalahkan AI dari Google atau ChatGPT?
-
Waspada, undangan pernikahan palsu lewat HP ini berisi virus berbahaya
LATEST ARTICLE
TECHPEDIA Selengkapnya >
-
10 Cara download gambar di Pinterest kualitas HD, cepat dan mudah dicoba
-
Cara download game PS2 dan PS3 di laptop dan HP, bisa main berdua
-
10 Fitur canggih iPhone 16E, bakal jadi HP Apple termurah di bawah Rp 10 juta?
-
10 HP Xiaomi in bakal kebagian AI DeepSeek, bisa kalahkan AI dari Google atau ChatGPT?