Ilmuwan klaim sanggup prediksi waktu kematian
Techno.id - Di dalam penelitian sebelumnya, ilmuwan mengaku telah menemukan cara untuk dapat memprediksi kematian manusia dalam kurun waktu 36 jam sebelum ajal menjemput. Namun dalam penelitian baru-baru ini, waktu tersebut telah meningkat jauh hingga 10 hari dan bahkan diklaim lebih akurat.
Sebagaimana dikutip dari BBC (02/07/2015), ilmuwan mempelajari protein otot pada babi. Jika dilihat karakteristiknya, otot babi ternyata memiliki kemiripan dengan otot manusia. Penelitian tersebut mengungkap, otot babi terdiri dari molekul-molekul protein yang akan mengalami penguraian seperti halnya ketika manusia akan meninggal.
-
Dokter ini sebut bisa prediksi umur manusia! Begini caranya Nah kalau misal kamu cuma dapat skor 3 atau bahkan lebih sedikit, artinya risiko kematian kamu lebih cepat.
-
VIDEO: Hal-hal yang terjadi pada jasadmu di dalam tanah usai meninggal Apa benar hanya manusia baik yang jasadnya utuh bertahun-tahun? Atau apakah semua jasad akan menjadi debu setelah bertahun-tahun di dalam tanah?
-
Tes air liur bisa prediksi berapa lama kamu akan hidup, berani coba? Penelitian ini menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki kadar IgA rendah memiliki usia hidup yang lebih pendek atau dekat dengan kematian.
"Hal ini terjadi untuk beberapa protein tertentu dalam kerangka waktu yang sangat spesifik. Bahkan, produk dari penguraian tersebut hanya dapat dijumpai pada waktu tertentu," ujar Peter Steinbacher sebagai salah satu peserta di dalam peneliti.
"Jadi, jika Anda tahu produk apa yang terdapat pada sebuah sampel, maka Anda akan tahu kapan individu tersebut akan meninggal," lanjut peneliti lulusan Universitas Salzburg ini.
Adapun Steinbacher beserta tim peneliti melakukan analisis ke lebih dari 60 sampel jaringan otot yang didapatkan dari Departemen Forensik Universitas Salzburg. Selanjutnya hasil riset menunjukkan, prediksi waktu kematian dengan cara menganalisis protein yang terdapat pada sampel terbukti cukup akurat.
"Kami masih membutuhkan lebih banyak sampel untuk mengetahui apakah indeks jenis kelamin, berat tubuh, suhu tubuh, kelembaban tubuh dan lainnya dapat mempengaruhi waktu pola perubahan protein otot," ucap Steinbacher. Meskipun masih dalam tahap penelitian, ia dan tim peneliti berharap teknik ini dapat diaplikasikan ke dalam forensik dalam kurun waktu tiga tahun mendatang.