Indonesia akan gunakan imunoterapi untuk melawan kanker
Techno.id - Kanker merupakan penyakit yang selalu menghantui semua orang. Penyakit ini tak pandang bulu dalam menyerang para korbannya. Para ilmuwan di seluruh dunia sedang mencari obat yang tepat untuk memusnahkan penyakit berbahaya ini. Sampai saat ini, dunia kedokteran masih mengandalkan kemoterapi dan radiasi untuk menghambat laju pertumbuhan sel kanker.
Para dokter tidak pernah angkat tangan untuk melawan penyakit yang satu ini. Menurut pendiri Kalbe Farma, Dr Boenjamin Setiawan, "Sebenarnya ada cara lain yang biasa disebut dengan imunoterapi. Cara ini diyakini bisa memperlambat pembelahan sel-sel kanker dalam tubuh pasien," seperti yang dikutip dari Merdeka (4/5/2015).
-
Kabar gembira, pengobatan kanker makin efektif jika ditambah aspirin Namun hasil penelitian tersebut masih membutuhkan uji coba lebih lanjut sebelum aspirin diberikan kepada pasien secara rutin.
-
Profesor ini temukan vaksin kanker dan berhasil sembuhkan 1 pasien Vaksin ini bekerja layaknya vaksin untuk polio atau campak dengan mengandalkan salah satu sel yakni sel T untuk membunuh bakteri.
-
Teknologi Indonesia jadi harapan baru terapi kanker dunia Metode baru yang dinamai Electro-Capacitive Cancer Therapy (ECCT) dikembangkan oleh C-Tech Labs yang dipakai untuk menangani kanker pertama di du
Imunoterapi bekerja dengan mengambil serum dari plasma darah yang mengandung antibodi, kemudian serum itu diperbanyak dan disuntikkan kembali ke dalam tubuh. "Dengan begitu sebenarnya tubuh sendiri yang melawan penyakit itu dengan antibodi dari dalam tubuh," jelasnya.
Ini bisa dianalogikan seperti seekor anjing pelacak yang ditugaskan untuk menangkap gembong narkoba. Nah, sel-sel yang disuntikkan kembali ke dalam tubuh ini mirip dengan hal itu yakni mencari sel-sel kanker kemudian memusnahkannya.
"Jepang sudah menjalankan cara ini dan sangat maju sekali. Oleh karena itu, Indonesia juga harus segera merasakan manisnya pengobatan ini. Kita akan mempelajari cara ini lebih jauh dengan mengundang para ahli imunoterapi di dunia," ujarnya.