Mungkin sudah saatnya Anda minum air dari olahan limbah manusia
Techno.id - Bill and Melinda Gates Foundation, organisasi privat dunia yang bergerak di bidang teknologi dan kesehatan masyarakat, mengumumkan dukungannya terhadap penemuan sistem pemurnian air limbah kotoran manusia menjadi sumber air bersih. Bekerja sama dengan perusahaan bio energi, Janicki, Gates Foundation menyoroti penanganan kotoran manusia untuk dijadikan sumber air bersih. Gates yakin teknologi ini dapat membantu memecahkan satu dari sekian banyak masalah yang berkembang di dunia yakni akses terhadap air bersih.
Dikutip dari Live Science (13/1/15), dua miliar penduduk di seluruh dunia saat ini hidup dengan sistem pembuangan limbah kotoran yang kurang higienis. Alih-alih memroses limbah kotorannya, sebagian orang malah masih membuang kotorannya di tempat-tempat umum, seperti halaman belakang rumah dan di sungai, yang menyebabkan proses pengeringan terhadap kotoran kurang sempurna dan mencemari sumber air.
-
Ilmuwan: Kotoran manusia bisa dijadikan makanan Ilmuwan California baru-baru ini melakukan penelitian dan hasilnya mengejutkan.
-
Ini cara menangani sampah agar ramah lingkungan Sampah yang kurang terkelola dengan baik merupakan persoalan klasik yang terkadang sulit dalam melakukan penyelesaian pengolahannya.
-
Berkat penelitian mahasiswa UII limbah air laundry bisa dipakai lagi Tiga mahasiswa Teknik Kimia Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta berinisiatif membuat filter air untuk limbah laundry.
Oleh karena itu, Gates melalui perusahaan Janicki membuat alat yang diberi nama Janicki Omniprocessor. Alat seukuran 23 x 8meter ini dapat mengolah limbah kotoran manusia seberat kira-kira 14ton tiap harinya atau dapat mengolah limbah dari masyarakat sekitar 100.000 orang.
Proses pengolahan limbah kotoran ini diawali dengan mengeringkan lumpur yang bercampur dengan kotoran manusia pada sebuah tabung besar yang disebut dengan pengering. Tabung pengering tersebut mendidihkan lumpur dan menangkap uap air yang dihasilkan dari proses pengeringan tersebut. Uap air yang didapat dari proses pengeringan lumpur tadi diproses dengan sistem kondensasi dan dengan filtrasi maka tersedialah air yang layak untuk di konsumsi.
Setelah itu, limbah padat sisa proses pengeringan tadi dibuang ke insinerator, lalu kemudian dibakar agar menghasilkan hawa panas. Hawa panas ini kemudian disalurkan melalui mesin uap ke generator. Generator menciptakan listrik yang dapat digunakan untuk menyalakan mesin. Bahkan listrik yang tersisa dapat disalurkan ke jaringan listrik.
Alat ini akan segera dikembangkan di fasilitas pengolahan di Dakar, Senegal dan segera dijual kepada pengusaha lokal dengan kisaran harga Rp 18 miliar. Diharapkan nantinya proyek pengembangan alat ini dapat digunakan di seluruh wilayah rawan krisis air bersih serta menjadi aset yang menguntungkan dengan nilai riil di pasar.