Akuisisi Lazada hanyalah sekelumit dari rencana besar Alibaba
Techno.id - Alibaba Group Holding Ltd. rela merogoh koceknya senilai Rp13 triliun demi merebut mayoritas saham Lazada Group dari Rocket Internet. Perusahaan internet asal Tiongkok itu menyatakan bahwa akuisisi ini ditujukan untuk membantu penjaja mereka berekspansi ke enam wilayah operasi Lazada, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Namun, apakah cuma sampai di sana tujuan Alibaba memeluk Lazada?
-
6 Prestasi Lazada yang layak bikin Alibaba 'klepek-klepek' Mulai dari mencatat penjualan fantastis hingga menjadi rujukan para pemburu karir adalah nilai plus Lazada dibanding e-commerce lain.
-
Menkominfo tanggapi perkawinan Lazada-Alibaba "Kalau menurut saya itu positif, raksasa dari Asia Utara, Tiongkok melihat Indonesia jadi pasar yang besar. "
-
Alibaba berencana ekspansi bisnis ke wilayah Asia Selatan Untuk mewujudkan ambisinya tersebut, Alibaba diketahui telah melakukan investasi ke dua perusahaan e-commerce asal India, Paytm dan Snapdeal.
Rasanya tidak demikian. Lazada bisa dibilang sebagai kuda tunggangan Alibaba untuk mencapai target besar mereka yang lain. Satu rencana yang cukup menarik adalah Alibaba ingin mengawinkan virtual reality dengan e-commerce. Barangkali penerapannya ialah dengan mempersilakan konsumen untuk mencoba langsung barang yang ingin ia beli.
Nah, di sinilah Lazada bakal berperan besar untuk menjadi magnet konsumen Asia Tenggara. Mengingat Alibaba bukan nama populer di sini, mereka akan masuk dengan nama Lazada untuk kemudian menuntun konsumen ke pengalaman VR unik yang sedang disiapkan.
Kerjasama Lazada-Alibaba ini juga menjadi terapan lain strategi ekspansi mereka di luar Negeri Tirai Bambu. Sebelumnya, Alibaba dilaporkan telah berinvestasi di dua mall online India untuk menjaring konsumen Asia Selatan, yakni Paytm dan Snapdeal.
Dalam beberapa waktu mendatang, kerja sama dengan para pemain e-commerce yang juga penguasa sejumlah kawasan ini diharapkan bisa mendongkrak revenue Alibaba Group. Ya, perusahaan berusia 17 tahun itu terpeleset di kuartal terakhir 2015. Sebab, mereka cuma mampu mampu memperoleh 26,6 persen pendapatan. Mirisnya, mereka kalah dengan kompetitor anyarnya, JD.com. Dari sisi total nilai barang yang dijual (GMV atau Gross Merchandise Volume) sepanjang tahun 2015 lalu, nilai GMV Alibaba hanya tercatat mencapai angka 34 persen, sedangkan JD.com mencapai angka 82 persen.
Sebagai gambaran, kesuksesan Alibaba sejauh ini tak lepas dari peran Jack Ma, sang founder. Duncan Clark, mantan orang dalam Alibaba sekaligus penulis 'Alibaba: The House that Jack Ma Built', memandang seorang Jack sebagai orang yang hebat karena tak kenal menyerah, dari menjadi guru Bahasa Inggris hingga memiliki menjadi orang terkaya di Tiongkok berkat Alibaba.
"Untuk beberapa hal, Jack Ma bagaikan simbol masa depan Tiongkok. Sebab Alibaba sudah menjadi semacam 'American Dream'," aku Clark pada CNBC (11/04/16).