Siapa sebenarnya pesaing Alibaba di Indonesia?
Techno.id - Dunia e-commerce di Indonesia makin ramai dengan semakin banyaknya kehadiran pemain di pasar. Tak hanya pemain baru, jagat e-commerce tanah air juga kedatangan berbagai pemain besar yang baru mengekspansi Indonesia.
Alibaba misalnya yang baru saja mengumumkan kesepakatan pembelian Lazada senilai US$ 1 miliar atau setara Rp 13 triliun. Transaksi ini membuat Alibaba juga bakalan masuki pasar Indonesia dengan infrastruktur yang sudah dibangun sejak lama oleh Lazada.
-
Akuisisi Lazada hanyalah sekelumit dari rencana besar Alibaba Tujuan akhir mereka mungkin adalah peningkatan revenue dan meraih gengsi lagi yang direbut oleh JD.com.
-
Lazada dibeli perusahaan China Rp 13 triliun Kesepakatan ini melibatkan transaksi dengan nilai total investasi US$ 1 miliar setara Rp 13 triliun.
-
Penjualan Lazada di Asia Tenggara tembus USD 1,3 miliar Lazada kini resmi menyandang gelar sebagai salah satu destinasi belanja online terbesar dan terpopuler di Asia Tenggara
Di Indonesia sendiri, sebelum Alibaba masuk sudah ada JD.com sebagai perusahaan e-commerce yang menyediakan layanan berbasis business to consumers (B2C) atau direct sales online. Keduanya akan memiliki babak pertempuran di Indonesia.
Data iResearch menunjukkan jika JD.com merupakan perusahaan online direct sales terbesar di China pada kuartal terakhir 2014. Pangsa pasar JD.com diketahui telah mencapai 49 persen. Sedangkan untuk layanan Marketplace, JD.com memiliki pangsa pasar 18,6 persen.
Data lain dari Nikkei Asia memprediksi bahwa JD.com tumbuh lebih cepat ketimbang Alibaba. Pada 2015, total nilai barang dan layanan yang dijual di e-retailer JD.com naik sampai 78 persen dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhannya lebih dari dua kali lipat dibandingkan bisnis B2C Alibaba yang hanya 30 persen.
Dalam urusan skala bisnis, JD.com memang masih lebih kecil dibandingkan pesaing. Total Gross Merchandising Value (GMV) Alibaba mencapai US$460 miliar sedangkan JD.com baru mencapai US$71 miliar. Namun begitu nilai perusahaan JD.com telah mencapai US$40 miliar di Nasdaq saat ini.
Analis pasar di China dari Credit Lyonnais Securities Asia (CLSA), Elinor Leung, percaya jika gross margin JD.com akan meningkat signifikan dan mendapatkan keuntungan besar pada 2016. Saham JD.com mengalami tren kenaikan sedangkan saham Alibaba tren-nya cenderung turun.
"Di pasar saham, setidaknya, JD.com yang diakui sebagai pesaing utama Alibaba untuk pasar e-commerce di China," ujar Elinor dalam keterangan resmi yang diterima tim Techno.id.
Menurut Pengamat industri IT dari Indotelko Forum, Doni Ismanto, Alibaba sebenarnya punya e-commerce lain, Aliexpress dan TMall. Namun sepertinya Alibaba tidak percaya diri dengan produknya sendiri dikarenakan ketatnya persaingan di Indonesia.
Alibaba cenderung memilih bermain aman dengan merangkul e-commerce yang sudah matang yakni Lazada. "Ini mirip dengan Naspers melalui OLX yang meleburkan Tokobagus dan Berniaga di pasar Classified Ads beberapa waktu lalu," katanya.
Selain itu, tambah Doni, jika dilihat dari model jualan, masyarakat Indonesia akan lebih tertarik dengan sistem direct sales online. Hal ini dikarenakan barang dikirim melalui gudang sendiri, pengiriman pun langsung dilakukan oleh perusahaan. Demikian juga dengan variasi produk yang terjamin keasliannya.
Salah satu kelebihan Lazada adalah sudah memiliki lebih dari 20 Hub untuk pengumpulan dan distribusi barang. Lazada salah satu pemain yang berani investasi besar di logistik dengan Lazada Express dan bangun gudang. Belum lagi dukungan customer service.
"Lazada sudah bangun sistem mendekati sempurna masih ada kejadian pesan barang A datang B atau fraud di pembayaran. Itulah dinamika Marketplace, variasi produknya lebih banyak, sulit untuk memonitor ribuan pedagang dalam satu platform sehingga kemungkinan untuk terjadinya penipuan, baik terkait dengan pembayaran atau keaslian barang, lebih besar," tandas Doni.