Bio Farma siapkan 'Life Science Park' terbesar di Asia
Techno.id - Dilansir oleh Antara (26/08/15), Bio Farma akan membangun Life Science Park dengan fasilitas Animal Lab terbesar di Asia. Rencananya taman ini akan dibangun di kawasan Jasinga Kabupaten Bogor Provinsi Jabar.
"Life Science Park dengan Animal Lab terbesar di Asia akan dibangun di kawasan Jasinga Kabupaten Bogor. Kawasan itu juga disiapkan untuk penelitian dan pembuatan vaksin-vaksin terbaru Bio Farma," kata Direktur Utama Bio Farma, Iskandar dikutip dari Antara (26/08/15).
-
Uji klinis vaksin Covid-19 di Indonesia masuk tahap tiga, ini faktanya Indonesia menggandeng PT Bio Farma Indonesia yang bekerja sama dengan Sinovac Biotech Ltd membuat vaksin Covid-19.
-
5 Fakta Carina Joe, ilmuwan Indonesia yang sabet penghargaan di London Ilmuwan yang memiliki nama asli Carina Citra Dewi Joe menjadi salah satu ilmuwan dalam tim Jenner Institute yang dipimpin oleh Sarah Gilbert.
-
5 Fakta vaksin AstraZeneca, bisa jadi antibodi selama 1 tahun Antibodi diperkirakan dapat bertahan di dalam tubuh lebih lama lagi setelah mendapatkan vaksin AstraZeneca dosis kedua dan ketiga.
Laboratorium penelitian dan pabrik baru perusahaan BUMN tersebut akan dibangun di lahan seluas 500 haktare di kawasan itu.
Iskandar menyebutkan pembangunan kawasan Life Science Park tersebut merupakan bagian dari rencana jangka panjang untuk 200 tahun ke depan dari program dan pengembangan vaksin perusahaan tersebut.
Menurutnya, seluruh riset dan percobaan pengembangan vaksin, termasuk salah satunya untuk bahan baku akan dipusatkan di kawasan tersebut.
"Nantinya kawasan itu menjadi laboratorium terbesar kami dengan visi untuk rencana pengembangan Bio Farma 200 tahun ke depan. Kawasan itu akan menjadi masa depan Bio Farma," katanya.
Selain itu, menurut Iskandar, pengembangan laboratorium dan pabrik baru Bio Farma itu merupakan investasi perusahaan untuk generasi yang akan datang.
Investasi jangka panjang memang diperlukan karena karakter pengembangan produk vaksin juga harus dilakukan dalam waktu yang lama dan bertahap.
"Penelitian untuk satu produk vaksin itu bisa menghabiskan waktu 15-20 tahun, sehingga kita harus punya rencana sampai 200 tahunan," katanya.
Ia menyebutkan dengan pengembangan produk, memungkinkan produsen vaksin satu-satunya di Indonesia itu berkontribusi untuk produk life science dan pengobatan berbasis biologi.
"Dalam pertemuan dengan WHO, kebutuhan dunia tak hanya vaksin juga produk biosimilar yakni produk biologi yang bisa dimanfaatkan untuk pengobatan. Dan secara teknologi kita mampu," kata Iskandar.