Dikembangkan di Wamena, Open BTS siap terbang ke Filipina
Techno.id - Telekomunikasi sekarang sudah dijadikan fokus bagi sebagian penggiat teknologi untuk menghadirkan solusi yang murah. Misalnya saja open base transceiver station (Open BTS) yang belakangan jadi mainan baru bagi penggiat teknologi Onno W. Purbo.
Pria bertubuh tambun itu secara gamblang menyebutkan keunggulan Open BTS mainannya di hadapan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara. Ia memaparkan pembangunan Open BTS bisa membuat dana yang dibutuhkan lebih kecil daripada BTS kebanyakan.
-
Menkominfo dukung Open BTS asal tidak komersil Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyatakan dukungan kepada pengembangan teknologi Open BTS.
-
Operator telekomunikasi tergiur bangun BTS bersubsidi di perbatasan "Sudah pada kirim surat semua, dan nantinya akan kita bicarakan pada tahun 2016 semester pertama."
-
Kemkominfo yakin operator akan bangun BTS di perbatasan Kemkominfo: "Pemerintah akan subsidi pengadaan tower agar operator telekomunikasi tidak merugi."
"Open BTS bisa murah itu karena software. Software-nya ini kan open source, jadi semua bisa bikin. Jadi, akibatnya murah open BTS ini, karena pendekatannya pakai software. Ini juga bisa dipakai di band 850 MHz, 900 MHz, 1.800 MHz, dan 1.900 MhZ, ujar Onno.
Soal fungsi, Open BTS yang lebih murah diklaim punya kemampuan dan teknologi serupa BTS pada umumnya yang banyak dipakai operator seluler. Open BTS ini, kata Onno, dapat digunakan pada berbagai fungsi baik pemancar FM, Voice, dan SMS maupun teknologi yang paling baru, 4G LTE.
"Gila ini makhluk (Open BTS - red) ini gila. Software free dan Hardware open. Jadi kita bisa bikin. Pertanyaan berapa sampai kecepatannya? 2,5 G, juga bisa Voice, dan SMS. Lalu, apakah bisa ke 4G? Bisa aja sih cuma harus di R& D dulu. SIM card apa saja bisa dipakai tapi kita bisa nge-ride SIM card sendiri," jelasnya.
Kepercayaan dirinya terhadap Open BTS bukan sekedar omong kosong. Pria yang biasa disapa Kang Onno ini mengaku Open BTS sudah diterapkan selama dua tahun di daerah Wamena, Papua. Serunya, tenaga yang mengoperasikan Open BTS di Wamena tersebut berprofesi seorang guru.
"Apakah ini bisa jalan di Indonesia? Bisa! Sudah 2,5 tahun di Wamena, Papua. Dan yang operasikan itu guru. Selain itu juga, kita udah jadi contoh di dunia. Filipina akan deploy 7 Open BTS, contohnya ya itu yang sudah diterapkan di Papua, tukas Kang Onno.