Jangan ke Jakarta, kalau tidak ingin terserang penyakit ini!
Techno.id - Sebagai ibu kota negara, Jakarta adalah impian bagi sebagian besar orang di Indonesia untuk mencari peruntungan. Ya, sebagai kota metropolitan, Jakarta memang menawarkan segala bentuk kemudahan dan kecanggihan yang sangat khas kaum urban. Namun, tahukah Anda jika di balik gemerlapnya tersebut, Jakarta justru menyimpan bahaya yang luar biasa bagi para penghuni maupun calon penghuninya?
Seperti dikutip dari Merdeka (25/4/15), sebuah penelitian yang dilakukan oleh Budi Haryanto, Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia menyebutkan bahwa sekitar 57,8 persen dari populasi di Jakarta pada tahun 2010 rentan terkena penyakit imbas dari polusi udara. Seperti diketahui polusi udara, terlebih di Jakarta adalah momok yang menyeramkan terutama untuk kesehatan manusia.
-
Polusi udara Jakarta makin parah, ini 6 tips biar tak mudah sakit Kondisi udara yang tidak sehat secara tidak langsung berdampak buruk bagi kesehatan tubuh.
-
Kualitas udara Jakarta buruk, ini penjelasan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta dalam tiga bulan mendatang diprediksi akan terjadi badai el nino.
-
Wanita bagikan langit kelam Jakarta karena polusi vs cerahnya saat COVID-19, bedanya bikin miris Pemandangan langit Jakarta sangat terlihat jelas beda kala masa Covid-19, dua tahun lalu kala diterapkannya PSBB.
Lebih lanjut, Budi mengungkapkan bahwa ada enam penyakit yang berpotensi disebabkan polusi udara di Jakarta, yakni Asthmatic Bronchiale, Bronchopheumania, ARI, Pneumonia, COPD, dan Coronary Artery Diseases. Menurut Budi, dari enam penyakit itu, Coronary Artery Diseases atau penyakit jantung merupakan salah satu penyakit yang mengeluarkan biaya perawatan yang cukup besar, yakni sekitar Rp 18 jutaan di tahun 2010.
Untuk itu, Budi mengharapkan pemerintah daerah harus memiliki teknologi pengukuran udara agar nantinya bisa mengambil keputusan untuk mengurangi dampak polusi udara. "Paling sedikit punya 40 pengukuran udara di setiap kota. Jadi lebih representatif mengetahui kualitas baik atau buruknya," tutup Budi.