Kecewa Opera akan dijual, sang founder sarankan user tinggalkan Opera
Techno.id - Belum lama ini, tersiar kabar jika Opera Software bakal menjadi milik konsorsium Tiongkok, kalau tawaran akuisisi senilai Rp16 triliun diterima. Menariknya, pihak internal Opera dan segelintir shareholder turut mendukung terjadinya akuisisi tersebut.
Hal ini pun membuat Jon von Tetzchner, sang co-founder terluka. Pria yang membangun Opera tahun 1994 silam bersama rekannya Geir Ivarsy itu seakan tak terima perusahaan yang ia dirikan harus kehilangan independensinya. Apalagi, dengan usianya yang 20 tahun lebih, Opera ia nilai sudah memiliki basis user yang sangat besar dengan dukungannya yang tak ternilai lagi.
-
Opera Software ditawar Rp16 triliun, siapa pembelinya? Konsorsium Tiongkok yang terdiri dari Qihoo 360 Technology Co. dan Beijing Kunlun Tech Co. mungkin akan memiliki perusahaan asal Norwegia itu.
-
Opera Software hari ini umumkan nama dan logo baru Hari ini, Opera Software resmi umumkan nama, logo, dan layanan baru perusahaan
-
3 Fitur canggih dari browser Opera One, dilengkapi akses ke berbagai aplikasi AI Opera One dapat digunakan nantinya di Windows, MacOS, dan Linux.
Kekecewaan itu diarahkan Jon untuk mengajak pengguna Opera untuk bermigrasi ke Vivaldi Browser. Ya, pasca turun dari kursi CEO dan hengkang dari Opera tahun 2011 lalu, Jon mendirikan perusahaan pembuat browser lain. Kini, ia tercatat sebagai co-founder sekaligus CEO Vivaldi.
"Namun semangat itu tetap hidup. Kami membawanya dan membuat Vivaldi, browser baru dengan etos dan filosofi yang sama, yakni users-first," Jon memersuasi lewat sebuah video berdurasi 49 detik yang diunggah akun Vivaldi Browser di YouTube.
Vivaldi sendiri baru lahir di awal tahun 2015. Pada November tahun lalu, versi Beta dari Vivaldi akhirnya dirilis.