Apa sih platform gaming yang paling menjanjikan tahun ini?
Techno.id - Para pelaku di industri game belakangan memang menjadi saksi melejitnya mobile gaming. Di Indonesia, misalnya, industri game mampu menghasilkan Rp4,45 triliun, dengan sektor mobile mencaplok 52 persen dari total pasar. Di samping itu, mulai hadirnya VR handset di pasaran pun turut memacu lahirnya game-game berbasis virtual reality. Namun ternyata, platform gaming yang dinilai paling menjanjikan untuk saat ini justruPC.
Hal tersebut terpapar dari hasil survei yang diikuti peserta Game Developers Conference (GDC) 2016. Para developer game faktanya masih menilai PC sebagai platform gaming terpenting tahun ini. Setidaknya, 52 persen dari responden mengaku sedang mengerjakan game yang siap dirilis untuk desktop.
-
16 Persen developer sudah mulai sibuk kembangkan game berplatform VR Survei GDC klaim 16 persen developer game sudah mulai sibuk kembangkan game untuk VR. Mana platform yang paling dipilih?
-
Industri game Indonesia hasilkan Rp4,45 triliun di 2015 "Sementara itu, untuk jumlah game developer menurut analisa kami juga naik secara signifikan."
-
5 Game console terbaik untuk pecinta game tahun 2023 Pasar gaming terus memberikan pilihan yang semakin canggih
Di sisi lain, populasi pengembang yang fokus menggarap game untuk smartphone atau tablet ialah yang terbanyak kedua (44 persen). Sementara penggarap game untuk console PlayStation 4 dan Xbox One menyusul di bawahnya.
Minat developer untuk menghadirkan game baru untuk Nintendo Wii U terpantau rendah. Bahkan, lebih banyak yang ingin menghasilkan game untuk VR handset tahun ini.
Hasil survei yang melibatkan 2.000 developer game selengkapnya tersaji di grafis bikinan Statista berikut:
RECOMMENDED ARTICLE
- Pria apa wanita yang suka akses berita lewat ponsel?
- Bridestory: Banyak pasangan pilih vendor berdasar rekomendasi kerabat
- Profesi apa sih yang bikin para jomblowan/wati Tinder kesengsem?
- Sepertiga orang berpikir AI adalah ancaman bagi manusia
- Identitas online amat penting bagi konsumen Indonesia, mengapa begitu?