Bangun Co-working space, Lintasarta tantang mahasiswa ITB

Bangun Co-working space, Lintasarta tantang mahasiswa ITB

Techno.id - Indonesia memiliki peluang besar untuk menciptakan berbagai aplikasi digital seperti mobile application. Banyaknya sumber daya manusia (SDM) usia muda yang potensial mendorong banyaknya muncul perusahaan rintisan di bidang teknologi asal Indonesia.

Tren pengembangan perusahaan rintisan alias startup di tengah generasi muda membuat berbagai pihak ingin ikut berpartisipasi. Penyediaan lembaga permodalan, akselerator, inkubator hingga co-working space sebagai fasilitas pendukung pertumbuhan startup ikut jadi tren.

Perusahaan teknologi informasi, Lintasarta ikut ambil bagian dalam penyediaan fasilitas pendukung akselerasi startup. Lintasarta menjalin kerja sama dengan Lembaga Pengembangan Inovasi Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung (LPiK ITB) membangun Co-Working Space di area Innovation Park ITB.

Co-Working Space yang dibangun dengan LPiK ITB tersebut dilengkapi dengan fasilitas yang memadai seperti high-speed internet, cloud service, managed service sampai dengan para ahli yang akan memberikan masukan kepada para tenant start-up.

"Keikutsertaan Lintasarta dalam membangun Co-Working Space di area Innovation Park ITB adalah realisasi Program Corporate Social Responsibility kami di bidang pendidikan. Tujuannya mengembangkan minat dan menyediakan sarana aktualisasi bagi para mahasiswa menjadi enterpreneur digital," kata Arya Damar, President Director Lintasarta.

Bangun Co-working space, Lintasarta tantang mahasiswa ITB

Ketua LPiK ITB, Prof. Dr. Ir. Suhono H. Supangkat menilai kehadiran Co-Working Space dari Lintasarta membuat ITB Innovation Park menjadi fasilitas pengembangan Start-Up yang lebih baik sesuai dengan visi ITB menjadi entepreneurship university termasuk di bidang digital economy technopreneurship university.

"ITB mengembangkan ekosistem ITB Innovation Park Kawasan Ganesha yang dilengkapi dengan Co-Working Space dan layanan lain seperti pengurusan paten, pelatihan kewirausahaan, Investor Club maupun Technopreneurship Club, ujar Suhono.

Tak hanya itu, Lintasarta juga menyediakan kompetisi pembuatan produk inovasi. Bertajuk Lintasarta Appcelerate para peserta ditantang untuk membuat rencana bisnis dalam bentuk inovasi produk atau aplikasi digital, seperti mobile application.

Produk inovasi dari peserta diwajibkan memiliki nilai bisnis dan dapat diterapkan untuk mendukung berbagai sektor industri: banking, financial, oil & gas, plantation, manufacture, e-health, logistic, transportation, maritim dan tourism.

"Lintasarta Appcelerate adalah salah satu bagian proses penyaringan ide, selanjutnya yang terpilih melalui proses validasi akan didampingi agar bisa bersaing dan masuk pasar untuk mengisi pasar digital yang peluangnya semakin besar," tambah Suhono.

Lintasarta Appcelerate telah dimulai sejak 18 April 2016 lalu dan dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan proposal dari peserta, seleksi proposal dan presentasi di hadapan Dewan Juri Panelis yang berasal dari LPiK ITB dan Lintasarta. Puncaknya atau babak final dengan pengumuman pemenang akan dilakukan pada bulan Agustus 2016.

Peserta kompetisi Lintasarta Appcelerate adalah kelompok yang anggotanya terdiri dari 3 sampai 5 orang yang merupakan Civitas Academica dari Institut Teknologi Bandung (S-1, S2, S3) dan alumni ITB. Proposal atau rencana bisnis yang diajukan akan dinilai dengan paramater application originality atau bukan plagiat dari aplikasi yang sudah ada, problem solving and usefulness, commercial and business value.

Sepuluh kelompok dengan proposal rencana bisnis terbaik akan masuk masa inkubasi selama 4 bulan, Mei sampai dengan Agustus 2016, di LPIK ITB dan kantor Lintasarta. Mereka akan mendapat pendampingan dari para ahli yang memiliki keahlian di bidang mobile application, bisnis dan start-up, serta dana sebesar Rp 30 juta untuk setiap tim yang akan digunakan untuk membangun teknologi atau platform sesuai dengan proposal rencana bisnis masing-masing.

(brl/red)