Buku-buku di balik kesuksesan seorang Mark Zuckerberg
Techno.id - Nama Mark Zuckerberg memang sudah tak asing di telinga. Pria muda inilah yang berhasil menghubungkan banyak penduduk dunia hanya dengan sebuah aplikasi yang bernama Facebook. Namun, taukah Anda rahasia di balik kesuksesan Mark? Apa saja sumber inspirasinya?
Seperti yang telah diberitakan oleh Business Insider pada hari Rabu (17/02/16) lalu, pria ramah ini juga dikenal gemar membaca. Dari sekian banyak buku yang dibacanya, ada beberapa yang telah berhasil membuat Mark berhasil seperti sekarang.
-
Inilah alasan Zuckerberg baca The Muqaddimah, buku karya Ibnu Khaldun Kebiasaan dari penemu Facebook memang selalu menjadi sorotan publik
-
40 Kata-kata quote bijak motivasi Mark Zuckerberg, bikin semangat Menjadi orang yang sukses tentunya Mark Zuckerberg memiliki prinsip dan pola hidup yang perlu ditiru.
-
10 Bukti kesederhanaan Mark Zuckerberg yang layak kamu tiru Mark seringkali duduk satu meja bersama karyawannya saat bekerja.
Mark memang memfokuskan untuk membaca hal-hal yang berkaitan erat dengan perbedaan kultur, kepercayaan, sejarah, serta teknologi yang menyertainya. Nah, buku apa saja yang telah dipilih dan dibaca oleh Mark? Daripada penasaran, ada baiknya Anda simak beberapa fotonya berikut...
'The Muqaddimah' karya Ibn Khaldun
Mukaddimah yang juga berarti pembukaan ini ditulis pada tahun 1377 silam oleh seorang sejarawan muslim bernama Khaldun. Buku ini banyak bercerita tentang rekaman sejarah dan penemuan elmen alam semesta yang berkaitan dengan perkembangan umat manusia.
"Ketika banyak hal yang dipercaya dan ternyata tak terbukti selama 700 tahun lebih perkembangan peradaban manusia, sangatlah menarik untuk mengetahui hal apa saja yang dipahami di masa kini dan keseluruhan pandangan dunia semua hal tersebut disatukan," tulis Zuckerberg.
'The New Jim Crow' karya Michelle Alexander
Buku ini ditulis oleh seorang profesor dari Ohio State University. Selain itu, ia juga seorang advokat yang sering membela hak-hak warga negara. Michelle mengatakan dalam bukunya bahwa war on drugs telah mempromosikan sebuah kultur tanpa kekerasan dan pemerasan, seperti yang sering terjadi di dalam penjara, dan kerap mengancam warga kelas dua.
"Aku memang sempat tertarik untuk belajar tentang hukum. Dan buku ini sangat dianjurkan untuk kubaca oleh beberapa orang kepercayaanku," ujar Mark.
'The Rational Optimist' karya Matt Ridley
Buku yang diterbitkan pada tahun 2010 lalu ini sangat populer dan bisa dibilang karya Matt Ridley yang paling kontroversial. Dalam bukunya, ia tidak setuju tentang teoribahwa konsep pasar adalah sumber dari perkembangan manusia.
Ia juga mengatakan bahwa perkembangan tersebut bakal semakin cepat jika umat manusia tetap bisa hidup sebebas mungkin. Hasil dari evolusi ide tertuang dalam cara yang dilakukan umat manusia untuk hidup dalam kondisi lebih baik, meski harus berhadapan dengan perubahan iklim serta populasi yang semakin bertambah.
'World Order' karya Henry Kissinger
Diterbitkan pada tahun 2014, World Order ditulis oleh Kissinger yang kala itu berusia 91 tahun. Ia menganalisa beberapa perbedaan di dunia tentang pemahaman konsep kerajaan dan kekuatan politik selama berabad-abad dan bagaimana kehidupan ekonomi modern telah membawa serta hal tersebut yang tak jarang menyebabkan kekerasan.
"Buku ini tentang hubungan luar negeri dan bagaimana kita membangun sebuah hubungan damai dan harmonis di seluruh dunia," ujar Mark. "Ini penting sekali, untuk menciptakan dunia yang lebih baik bagi anak-anak kita dan hal tersebut lah yang sedang kupikirkan belakangan ini," lanjutnya.
'Gang Leader for a Day' karya Sudhir Venkatesh
Buku ini ditulis oleh seorang sosiolog dari Columbia University. Dalam sebuah eksperimen yang cukup radikal, Venkatesh telah membuat dirinya terlibat dalam kehidupan geng di Chicago pada tahun 90an.
Zuckerberg berpendapat bahwa kisah hidup Venkatesh sangat menginspirasi dalam hal berkomunikasi dan memahami semua lapisan ekonomi dan kultur.
"Semakin sering kita berbagi perspektif, maka semakin banyak empati untuk masing-masing orang, dan semakin banyak kita bisa menghargai hak orang lain," ujar Mark.