CEO Toshiba mundur karena terjerat kasus korupsi
Techno.id - Indahnya musim semi tahun ini di negara Jepang mungkin justru menjadi sebuah malapetaka bagi perusahaan teknologi raksasa Toshiba. Ya, sejak musim tersebut bergulir di Negeri Sakura, perusahaan yang berbasis di Tokyo ini tengah dilanda krisis keuangan.
Krisis itu akhirnya berimbas pada mundurnya Hisao Tanaka sebagai orang nomor satu Toshiba. Menariknya, jeratan kasus korupsi karena memberikan laporan keuangan palsu kepada pemerintah Jepang ternyata juga menjadi penyebab mundurnya mantan CEO Toshiba itu.
-
Akibat skandal keuangan, Toshiba akan pecat 7000 karyawan Bahkan perusahaan asal Jepang ini juga telah menjual pabrik televisinya yang ada di Indonesia.
-
Sekali lakukan kesalahan, 6 pejabat ini putuskan mengundurkan diri Prinsip hidupnya sangat mengagumkan.
-
Bisnis chip Toshiba segera dimiliki pemerintah Jepang, benarkah? Meski akan dijual, sektor bisnis memori flash NAND masih akan dimiliki Toshiba.
Seperti dikutip Softpedia (21/07/2015), kejadian bermula ketika pemerintah Jepang mencurigai laporan keuangan yang diterima dari pihak Toshiba. Menurut pemerintah, laporan keuangan senilai 170 miliar Yen (Rp 18,3 triliun) dianggap terlalu tinggi dan sangat tak masuk akal.
Sebagaimana diketahui selama tujuh tahun terakhir, Jepang juga tengah dilanda krisis ekonomi. Penyebabnya tak lain adalah karena bencana nuklir Fukushima saat tsunami menyerang tahun 2011 silam, serta worldwide financial crash yang telah melanda Jepang sejak tahun 2008.
Krisis negara tersebut akhirnya mendesak Toshiba membuat laporan palsu guna menyembunyikan keuntungan yang diperoleh selama enam tahun beroperasi untuk memenuhi target internal perusahaan. Alhasil, Toshiba mengaku membesarkan nilai penjualan kepada pemerintah Jepang.
Sementara itu, Masashi Muromachi selaku Chairman of Toshiba dikabarkan akan mengisi posisi CEO untuk sementara menggantikan Hisao Tanaka. Di lain pihak, delapan pemain eksklusif Toshiba juga dikabarkan telah mengundurkan diri di saat yang bersamaan dengan sang mantan CEO.