Demi kejar ketertinggalan, Sony harus lakukan 5 hal ini di tahun 2016

Demi kejar ketertinggalan, Sony harus lakukan 5 hal ini di tahun 2016

Techno.id - Rasanya, hampir mustahil untuk menghapus nama Sony Corporation dari jajaran produsen teknologi multinasional terbaik di dunia. Kendati di tahun 2015 perusahaan asal Jepang itu tak terlalu menonjol dari segi inovasi produk, Sony tetaplah Sony, satu dari produsen gadget dan teknologi terbesar yang pernah ada.

Dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat belakangan ini, sepanjang 2016 sebaiknya dimanfaatkan Sony untuk menancapkan kembali reputasi emasnya di industri ini. Menurut redaksi Techno.id, ada beberapa cara yang bisa ditempuh Kazuo Hirai dan segenap jajarannya. Ini dia:

Demi kejar ketertinggalan, Sony harus lakukan 5 hal ini di tahun 2016

Rilis gadget dengan kamera tersempurna (lagi)

Untuk mencapai hal ini, seharusnya bukan perkara yang sangat sulit bagi Sony. Perusahaan yang berdiri sejak 1946 itu sudah membuktikannya pada perangkat Xperia Z5. Tak tanggung-tanggung, standar kamera juga kualitas gambar yang dihasilkan Xperia Z5 adalah satu yang terbaik versi DxO Labs, setara dengan Samsung Galaxy S6 Edge Plus dan sanggup mengalahkan Google Nexus 6P bahkan iPhone 6 Plus.

Apalagi Sony secara resmi telah mengakuisisi bisnis sensor gambar milik Toshiba awal Desember lalu. Dengan akuisisi ini, ada kans besar Sony akan fokus memproduksi sensor CMOS sembari meningkatkan persaingannya dengan Apple, Samsung, LG, serta Xiaomi. Pasalnya, sensor gambar milik Toshiba ini juga digunakan untuk produk-produk buatan perusahaan tersebut.

Demi kejar ketertinggalan, Sony harus lakukan 5 hal ini di tahun 2016

Namun harga gadget-nya jangan selangit

Dari segi kualitas, gadget berlabel Sony memang sulit diragukan. Sayangnya, banderol dari gawai mumpuni itu kerap kali melambung tinggi saat ditawarkan pada konsumen.

Ambil contoh Xperia Z4 Tablet. Spesifikasi tablet 10 inci ini begitu mewah, dengan chipset Qualcomm Snapdragon 810 Octa-Core 2GHz, RAM 3GB, memori internal 32GB plus microSD hingga 128GB, jaringan 4G, serta baterai 6.000mAh. Soal kamera, ada 8MP di belakang dan 5MP di depan.

Dari spesifikasi, tablet ini mungkin akan sangat menarik banyak konsumen. Namun dengan harganya yang mencapai Rp10 juta alias pemegang rekor tablet termahal di Indonesia saat ini, tablet ini pun rawan dicoret dari daftar beli konsumen.

Demi kejar ketertinggalan, Sony harus lakukan 5 hal ini di tahun 2016

Atau, coba kembali seriusi smartwatch

Di sektor wearable gadget, sebenarnya Sony bukanlah vendor yang masih hijau. Sony Ericsson LiveView, wearable pertama mereka, sudah rilis tahun 2010 silam, atau sebelum Android Wear setenar sekarang. Sony lalu melanjutkan produksi wearable gadget dengan merilis SmartWatch 2 pada September 2013 dan SmartWatch 3 setahun berikutnya.

Namun, di tahun 2015, tak ada portofolio baru dari Sony untuk wearable gadget. Untuk itu, tahun 2016 selayaknya dijadikan tahun kebangkitan Sony di sektor ini karena ekosistem gadget yang saling terhubung terus tumbuh.

Demi kejar ketertinggalan, Sony harus lakukan 5 hal ini di tahun 2016

Jangan lupa sempurnakan PlayStation VR!

Tahun depan, Sony sudah berjanji akan merilis PlayStation VR. Perangkat virtual reality yang sebelumnya dinamai Project Morpheus itu dikhususkan untuk konsumen dari kalangan gamer. Kabarnya, PlayStation VR akan bisa dipasangkan dengan PlayStation 4.

Dari rumor itu, PlayStation VR seharusnya punya kans besar untuk menggebrak pasar virtual reality karena pemain besar yang fokus untuk melahirkan VR handset gaming belum begitu banyak.

Supaya lebih menggiurkan, Sony bisa memperdaya gamer untuk memboyong PlayStation VR dengan menghadirkan game eksklusif di dalamnya. Bergabungnya Hideo Kojima, tokoh di balik game fenomenal Metal Gear, ke Sony bisa menjadi modal berharga untuk tugas ini.

Demi kejar ketertinggalan, Sony harus lakukan 5 hal ini di tahun 2016

Rilis drone untuk kelas konsumen bukan ide buruk

Agustus lalu, Sony diketahui tengah melakukan uji coba terhadap drone buatannya. Dalam proses uji coba itu, drone tersebut mampu terbang dengan kecepatan maksimum 106km/jam selama lebih dari dua jam. Menariknya, drone yang memiliki bentuk layaknya pesawat jet tersebut bisa lepas landas secara vertikal seperti helikopter.

Sayangnya, drone itu dikabarkan cuma digunakan untuk keperluan bisnis dan penelitian, bukan untuk kelas konsumen. Hal ini patut disayangkan, mengingat sektor drone saat ini sedang sangat diminati. Bahkan, vendor yang belum pernah memproduksi drone pun kepincut untuk mengikuti tren, sebut saja GoPro ataupun Qualcomm.

(brl/red)