Hati-hati, nyamuk penyebab DBD semakin kuat dan berbahaya!

Ilustrasi nyamuk aedes aegypti © 2009 wikimedia.org / Muhammad Mahdi Karim
Techno.id - Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia tak bisa jauh-jauh dari ancaman demam berdarah dengue (DBD). Ngerinya, nyamuk aedes aegypti yang menjadi biang dari penyakit ini ternyata mulai berubah. Bahkan bisa dibilang, ancaman nyamuk ini makin kuat dan berbahaya.
"Kehidupan aedes aegypti dipengaruhi oleh perubahan iklim, jika suhu meningkat nyamuk dapat hidup lebih aktif dan menularkan virus DBD dengan lebih cepat," terang Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Upik Kesumawati Hadi.
-
Kenali sebelum terlambat, ini 6 ciri-ciri demam berdarah pada orang dewasa serta tips mencegahnya Gigitan nyamuk pembawa virus inilah yang menjadi awal mula penderita terserang demam berdarah.
-
Benarkah demam berdarah (DBD) hanya terjadi sekali seumur hidup? Ini penjelasannya secara medis Ketika terinfeksi kembali sebanyak dua kali, virus ini akan menyerbu sistem imun tubuh sehingga mengakibatkan reaksi yang berlebihan
-
Cegah demam berdarah, ini 7 cara ampuh usir nyamuk di rumah tanpa bahan kimia Terserang DBD dapat menyebabkan demam tinggi, sakit kepala, dan pendarahan berat. Pada tingkat lebih tinggi dapat menyebabkan kematian.
Perubahan aktivitas tersebut juga tampak dari perilaku aedes aegypti saat menghisap darah, yang semula hanya siang hari, kini juga terjadi di malam hari. Terlebih, nyamuk ini memiliki kemampuan adaptasi yang baik. Dulu aedes aegypti berhabitat di air bersih dalam rumah, tetapi sekarang juga sudah hidup di wadah air yang mengandung polutan.
"Kondisi ini menuntut kita untuk lebih waspada terhadap nyamuk ini yang juga mempunyai sifat mudah terusik, mampu berpindah-pindah dari satu orang ke orang lain, dan menjadi vektor yang efisien dalam meningkatkan resiko penularan DBD," kata Prof. Upik.
Hal ini pun diperparah dengan masih luasnya pengendalian dengan cara kimiawi di masyarakat, seperti fogging atau larvasidasi. Padahal cara tersebut dapat menimbulkan resistensi pada nyamuk aedes aegypti.
"Belum lagi kemungkinan mutasi gen yang dapat terjadi akibat pemaparan terhadap insektisida. Ini dapat menjadi faktor yang menyebabkan gagalnya upaya pengendalian vektor," imbuhnya, seperti dikutip dari Antara (19/03/16).
RECOMMENDED ARTICLE
- Merpati patroli untuk memantau tingkat polusi udara di perkotaan
- Tomat busuk jangan dibuang tapi manfaatkan untuk menghasilkan listrik
- NASA: Suhu Bumi di bulan Februari 2016 kembali cetak rekor
- Usung bahan dasar unik, baterai ini diklaim lebih ramah lingkungan
- Ilmuwan klaim temukan teknik deteksi dini HIV dan kanker
HOW TO
-
11 Aplikasi menjernihkan video blur untuk Android di 2025 yang ringan dan gratis, ini caranya pakai AI
-
Cara gampang ubah file Word ke PDF di laptop yang praktis dan mudah dicoba, terbaru di 2025
-
Cara bikin HP jadi mouse di laptop atau PC terbaru di 2025, praktis dan ternyata gampang
-
10 Prompt ChatGPT untuk olah data Microsoft Excel, kerjaan 4 jam bisa selesai dalam satu klik
-
10 Model GPT di 2025 untuk otomatisasi kerjaan kantoran, awalnya butuh berjam-jam kini sedetik selesai
TECHPEDIA
-
10 Cara download gambar di Pinterest kualitas HD, cepat dan mudah dicoba
-
Cara download game PS2 dan PS3 di laptop dan HP, bisa main berdua
-
10 Fitur canggih iPhone 16E, bakal jadi HP Apple termurah di bawah Rp 10 juta?
-
10 HP Xiaomi in bakal kebagian AI DeepSeek, bisa kalahkan AI dari Google atau ChatGPT?
-
Waspada, undangan pernikahan palsu lewat HP ini berisi virus berbahaya
LATEST ARTICLE
TECHPEDIA Selengkapnya >
-
10 Cara download gambar di Pinterest kualitas HD, cepat dan mudah dicoba
-
Cara download game PS2 dan PS3 di laptop dan HP, bisa main berdua
-
10 Fitur canggih iPhone 16E, bakal jadi HP Apple termurah di bawah Rp 10 juta?
-
10 HP Xiaomi in bakal kebagian AI DeepSeek, bisa kalahkan AI dari Google atau ChatGPT?