Ini 2 brand smartphone yang pertumbuhannya sangat tinggi di Tanah Air
Techno.id - Lakunya 1.475 juta unit smartphone sepanjang 2015 atau lebih tinggi 12 persen dari tahun lalu membuktikan bahwa konsumen dunia masih mau merogoh koceknya untuk membeli ponsel baru. Sekitar 850 vendor yang berkompetisi di bisnis smartphone pun tetap punya kans untuk memasarkan produknya.
Di Indonesia sendiri, tahun 2015 bisa dibilang adalah momennya Asus dan Oppo. Sebab, keduanya mengalami kenaikan penjualan smartphone masing-masing sebesar 133 persen dan 101 persen berkat konsumennya di Tanah Air. Ya, berdasarkan data dari Counterpoint, Indonesia ialah pasar pertumbuhan utama dua vendor tersebut.
-
ZenFone roketkan Asus dekati Samsung Spesifikasi tinggi, kemampuan yang mumpuni namun dibalut harga terjangkau membuat ZenFone memiliki ruang khusus di pasar Indonesia.
-
Di Indonesia, pengguna Asus Zenfone 5 paling banyak! Tiga smartphone buatan Samsung saja kalah, lho.
-
Penjualan smartphone di ASEAN meningkat 66 persen dari tahun lalu Vendor dari Tiongkok menjadi primadona di Asia Tenggara.
Hal tersebut tak terlalu mengagetkan, terlebih mengingat penjualan handset Asus dari 2014 ke 2015 secara global telah tumbuh lebih dari 100 persen. Asus juga mempunyai sejumlah produk andalan untuk merayu masyarakat Indonesia. Yang terbaru, produsen asal Taiwan itu mengenalkan Zenfone Go di awal tahun ini. Ponsel 5 inci itu dibanderol seharga Rp1,6 juta (8GB) dan Rp1,7 juta (16GB).
Oppo pun tak kalah. Vendor yang mulai masuk ke pasar ponsel tahun 2008 itu memikat konsumen Tanah Air dengan rentetan produk semacam R7s dan Neo 7. Di awal Tahun ini, mereka juga mengenalkan Oppo F1, ponsel berjuluk Selfie Expert.
Apakah Anda adalah pengguna dari salah satu merek di atas?
RECOMMENDED ARTICLE
- Brand 'HP Cina' apa yang paling laku sepanjang 2015?
- Awal tahun 2016 ini, berapa banyak pengguna internet di Indonesia?
- 90 Persen pengguna internet di Indonesia aktif di medsos
- Sudah 2016, BBM masih jadi aplikasi chatting favorit orang Indonesia
- Makin hobi unduh aplikasi, orang Indonesia masih malas bayar