Ini 6 startup unicorn dari Asia Tenggara yang berpeluang jadi raksasa
Techno.id - Siapa bilang ekosistem startup di Asia Tenggara belum terbentuk. Faktanya, dari 11 negara yang berada di lingkup kawasan ini, sudah ada sejumlah startup yang masuk ke kategori unicorn alias sudah seharga $1 billion (sekitar Rp14 triliun).
Ditinjau dari aspek investor, misalnya, Asia Tenggara tak boleh dipandang sebelah mata. Sebab, investor yang berkecimpungdi ASEAN sudah melibatkan para pemain besar, salah satunya Sequoia Capital yang tercatat sebagai investor di lebih dari 250 perusahaan termasuk Apple, Google, serta Instagram. ASEAN pun bisa dibilang tak kalah dengan negara di Asia lain seperti India, yang masuk ke daftar negara tiga besar penghasil startup terbanyak di dunia saat ini.
-
Konferensi ini dipadati anak muda yang haus perkembangan teknologi Banyak pembicara keren yang berbagi pengalaman
-
Startup ASEAN Challenge 2016 digelar, tawarkan hadiah Rp685 juta Terlepas dari menawarkan hadiah kepada pemenang, tujuan utama kompetisi ini adalah memfasilitasi para pengusaha muda..."
-
Investor di Silicon Valley antusias dengan startup asal Indonesia Indonesia memiliki potensi besar untuk bangun industri teknologi seperti di Silicon Valley.
Berikut enam startup unicorn asal Asia Tenggara yang seharusnya Anda kenal, seperti dikutip dari TechCrunch (02/01/16):
Garena
Startup yang kerap dijuluki 'Tencent-nya Asia Tenggara' ini adalah publisher game yang sudah punya nama di Asia. Developer sekelas Electronic Arts dan Riot Games saja sanggup digaet demi memuaskan hasrat user-nya yang tersebar dari Asia Tenggara, Taiwan, sampai Hongkong. Di Indonesia, Garena memasok game sekelas Point Blank, FIFA Online 3, dan Firefall.
Tahun 2014, Garena resmi menyandang status unicorn. Tak lama kemudian, tepatnya Maret 2015, Ontario Teachers Pension Plan menyuntik Garena dan melambungkan harganya menjadi Rp35 triliun.
Semenjak didirikan oleh Forrest Li tahun 2009 silam, Garena kini memiliki 17 juta active user di PC dan 11 juta di mobile. Sejumlah investor besar pun sudah kepincut untuk menghidupi startup yang berbasis di Singapura ini. Salah satunya adalah Tencent.
GrabTaxi
Kompetitor Go-Jek dan Uber ini cukup berkukasa di kawasan ASEAN. Bagaimana tidak, GrabTaxi tercatat sudah beroperasi di 22 kota dalam enam negara, yakni Indonesia, Singapura, Thailand, Vietnam, serta Malaysia yang notabene adalah negara asalnya.
WSJ.com (01/07/15) pernah melaporkan bahwa investasi di GrabTaxi sudah melebihi 1,5 miliar USD (sekitar Rp21 triliun). Dana itu didapat dari investor seperti SoftBank Group, Tiger Global, dan Coatue Management.
Anthony Tan dan Tan Hooi Ling mendirikan GrabTaxi tahun 2011 silam. Di usianya yang mendekati tahun kelima ini, GrabTaxi masih terus berusaha berekspansi, termasuk mempertahankan diri di Indonesia dari Go-Jek maupun regulasi pemerintah yang belum matang.
Lazada
Marketplace dunia maya yang satu ini tak cuma populer di Tanah Air tetapi juga di Asia Tenggara. Berdiri sejak 2011 dan mulai meluncurkan situsnya pada Maret 2011, Lazada Group kini sudah menjamah beberapa negara besar di ASEAN dan menjadi salah satu pemain utama di tiap negara itu.
Akhir tahun 2014, Lazada Group disebut sudah menjadi startup unicorn berkat tambahan suntikan dari Temasek sebesar Rp3,5 triliun.
Belum lama ini, Lazada mengklaim menjadi e-commerce yang ketiban untung besar di Hari Belanja Online Nasional 2015. Buktinya dalam tiga hari, pihaknya mampu menampung transaksi senilai Rp566 miliar.
Traveloka
Penyedia jasa penjualan tiket pesawat dan hotel online ini ialah salah satu startup andalan Indonesia. Didirikan sejak 2012, sekarang Traveloka sudah menduduki posisi pertama untuk urusan pencarian penerbangan dan pemesanan di Indonesia versi comScore. Menurut sumber terpercaya, Traveloka telah sukses merebut predikat unicorn sejak 2015.
Traveloka dibesarkan oleh dua anak bangsa bernama Ferry Unardi, yang pernah mengenyam pendidikan di Harvard University dan pernah bekerja untuk Microsoft, serta Derianto Kusuma, mantan software engineer LinkedIn. Ferry juga tercatat sebagai anggota rombongan yang dibawa pemerintah Indonesia saat berkunjung ke Silicon Valley pada Oktober 2015.
VNG
Kendati nama Garena cukup populer belakangan, di belakangnya ada VNG Corporation. Perusahaan asal Vietnam ini sudah menjadi spesialis di sektor bisnis game online sejak 2004.
Kini, VNG memiliki sekitar 2.000 pegawai dan sudah bisa men-generate keuntungan sekitar Rp1,4 triliun. VNG juga diketahui mempunyai 30 juta user pada 2014 kemarin. Tak ayal, investor besar seperti CyberAgent Ventures dan IDG Ventures Vietnam pun sampai mendukung VNG.
Tokopedia
Marketplace asli Indonesia ini adalah satu dari segelintir marketplace besar yang bermain di Tanah Air. Sudah meluncur sejak 2009, Tokopedia memilih jalur customer to customer (C2C) dengan cara menyokong pelaku UKM untuk merambah bisnis online.
Langkah startup buatan William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison ini boleh dibilang cukup gemilang. Beberapa tahun pasca berdiri, Tokopedia sudah berhasil menarik beberapa investor global sekelas East Venture hingga SoftBank Venture. Puncaknya ialah di tahun 2014 saat Tokopedia menjadi startup teknologi pertama yang disuntik sebesar 100 juta USD (sekitar Rp1,3 triliun) dari Sequoia Capital dan SoftBank Internet and Media Inc. Tokopedia juga pernah diganjar Marketeers of the Year 2014 untuk sektor e-commerce dari Markplus Inc.