Kejahatan online bisa timbulkan efek psikologis bagi korban
Techno.id - Maraknya kejahatan online memberikan dampak tersendiri kepada korbannya. Hal tersebut diperkuat dalam survei yang dirilis Norton oleh Symantec bahwa sebanyak 42 persen pengguna internet telah mengalami sendiri kejahatan cyber dalam satu tahun terakhir.
Choon Hoon Chee, Director Asia Consumer Business, Norton by Symantec mengatakan, Penjahat cyber tidak menyerah. Mereka menggunakan teknik yang semakin canggih untuk mencuri informasi pribadi konsumen, seperti password, informasi kontak, dan otentifikasi perbankan untuk mengisi pundi-pundi mereka.
Lebih lanjut, diungkapkan Chee bahwa saat ini hacker melakukan pelbagai cara untuk bisa menembus pertahanan pengguna untuk mengambil data-data berharga. Lewat sosial media, email atau cara lainnya digunakan untuk mengetahui informasi penting pengguna.
-
Tak jera, inilah perilaku mereka yang mengaku takut dengan cyber crime Banyak yang mengaku khawatir atau bahkan takut dengan kejahatan cyber. Namun menurut survei, masyarakat masih kurang hati-hati.
-
5 Fakta terselubung tentang bahaya penggunaan internet Ternyata, penggunaan internet bisa lebih berbahaya dari yang Anda duga.
-
Siapa bilang bisnis kecil di Indonesia bebas dari cybercrime? Dari laporan Symantec, serangan terhadap Usaha Kecil dan Menengah (UKM) malah sangat potensial.
Generasi Millenial yang lahir di era digital rentan terkena risiko kejahatan karena lemahnya pertahanan dan ternyata sebanyak 47 persen orang mengaku telah berbagi password serta aktivitas online lainnya yang berisiko. Sementara itu, generasi Baby Boomers atau generasi atas yang dianggap kurang melek teknologi lebih aman dalam melakukan aktivitas online yang tercatat hanya 19 persen.
Dampak akan kejahatan online juga turut merugikan dari segi materi, konsumen Indonesia kehilangan sekitar 33 jam waktunya selama satu tahun terakhir untuk berurusan dengan dampak dari kejahatan online dan uang senilai Rp7,6 juta per korban dengan akumulasi sebesar Rp194,6 miliar. Selain materi, Chee mengungkapkan bahwa korban kejahatan cyber akan merasakan menimbulkan efek psikologis dengan persentase 52 persen merasa marah.
Banyaknya kejahatan cyber yang membidik perbankan juga membuat 82 persen responden mengatakan akan merasa terpukul jika informasi keuangan pribadi mereka bocor. Sebanyak 64 persen responden percaya bahwa melakukan aktivitas online yang berisiko kehilangan identitas bisa menimbulkan stress.
RECOMMENDED ARTICLE
- Begini cara menghindari aplikasi palsu internet banking di Android
- Tips agar ponsel Anda aman dari malware serta hacker
- Waspadalah, pengguna Netflix jadi sasaran kejahatan cyber
- Banyak malware, usahakan jangan unduh aplikasi dari app store berikut
- Waspada, 20 persen bank di Indonesia berisiko terserang trojan Tinba!