Nonton TV UHD rasanya bisa mirip dengan naik roller coaster
Techno.id - Menonton televisi bagi sebagian orang bisa menjadi aktivitas relaksasi atau pelepas penat dan lelah. Namun, tahukah Anda ternyata ketika Anda menonton televisi beresolusi UHD (3840x2160 piksel), otak Anda bisa merasakan sesuatu yang berbeda?
Fakta ini berhubungan dengan hasil studi neuropsikologi yang diadakan oleh Samsung dan Mindlab International. Menurut kesimpulan dari studi itu, menonton tayangan di televisi UHD 38 persen lebih immersif pada manusia ketimbang saat menonton televisi Full-HD (1080p). Immersif sendiri kerap merujuk ke gambaran tiga dimensi yang muncul dan dirasakan oleh seseorang di sekelilingnya.
-
Menonton film 3D membuat otak sehat Keterampilan kognitiv individu saat menonton film 3D meningkat dibandingkan mereka yang menonton film dengan format 2D.
-
Samsung perkenalkan QLED 4K dengan ukuran layar super lebar, sudah dilengkapi fitur berbasis AI Televisi ini dirancang untuk menyajikan kualitas gambar dengan level kecerahan, kejernihan, dan detail yang luar biasa
-
Berukuran 85 inci, Samsung S9 sajikan gambar dan suara berkualitas Selain berukuran ekstra besar, televisi besutan Samsung ini juga punya kualitas gambar sekaligus suara yang lebih baik.
Nah, ketika perasaan immersif itu makin tinggi, artinya keterikatan penonton televisi dengan konten yang ia konsumsi pun meninggi. Peningkatan perasaan immersif itu bisa jadi dirasakan beberapa orang seperti sedang naik roller coaster atau berkencan dengan kekasih. Dua hal itu adalah segelintir contoh aktivitas yang meningkatkan immersif pada manusia.
Dikutip dari blog resmi Samsung (17/11/15), studi berjudul Screen Sensation: The Ultra HD Effect itu melibatkan partisipan dari rentang usia 18 sampai 65 tahun. Masing-masing dari mereka dipertontonkan konten streaming dari Netflix dan pertandingan sepakbola dari dua macam TV, yakni yang beresolusi UHD dan Full-HD. Saat aktivitas itu berlangsung, partisipan menggunakan elektroda di kulit kepala mereka dan dipantau aktivitas Elektroensefalografi (EEG), aktivitas elektrodermal (EDA), serta denyut jantungnya oleh peneliti.
RECOMMENDED ARTICLE
- Haruskah gadget dilengkapi dengan fitur "Sleep Mode"?
- Peneliti: Berbekal ponsel, kesehatan tubuh bisa dilacak dengan mudah
- 3 Teknologi yang bisa dimanfaatkan untuk tangani kanker payudara
- Pakai WiFi, peneliti buat alat "pengintai" yang dapat tembus dinding
- Peneliti ungkap alasan mengapa banyak orang suka lagu-lagu sedih