Pakar: Komunikasi dunia maya tak akan bisa menggantikan dunia nyata
Techno.id - Godo Tjahjono PhD, seorang pakar perilaku konsumen mengatakan bahwa kualitas hubungan antar manusia dewasa ini telah menurun karena porsi penggunaan gadget untuk media sosial sudah terlampau besar.
"Ini adalah fenomena yang terjadi di era gadget yang harus kita cermati. Jangan sampai gadget, aplikasi dan media sosial justru menurunkan kualitas hubungan antar manusia," ujar lulusan Western Sydney University, Australia itu.
-
Riset buktikan internet dan ponsel ubah gaya hidup manusia Ericsson: Smartphone yang terhubung dengan internet dapat dikomersialkan hingga mengubah gaya hidup ke arah yang lebih memudahkan
-
Waduh, smartphone telah mengganggu interaksi sosial manusia! Pasalnya, beberapa orang lebih memilih untuk memperhatikan smartphone daripada rekan bicara di depannya.
-
Riset Google: Kaum urban cenderung gunakan smartphone untuk sosmed Hampir 86 persen kaum urban banyak menggunakan smartphone untuk kegiatan bersosial media.
Saat ini, lanjutnya, penggunaan gadget mengalami pertumbuhan pesat. Ironisnya, Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki tingkat penggunaan gadget tinggi dengan rata-rata tiga jam per hari.
Menurut Godo, masyarakat Indonesia adalah masyarakat komunal yang senang berkunjung, saling mengunjungi dan berkomunikasi satu sama lain. Sebuah fakta menariknya, imbuh Godo, kegiatan itu juga terwujud di dunia maya.
"Pesan lewat media sosial atau gadget tidak akan pernah mampu membangun sisi emosional yang sama dengan pertemuan langsung. Secara psikologis, orang memiliki kebutuhan emosional lewat exposure dan pengalaman," paparnya.
"Pertemuan langsung tetap memiliki dampak yang tidak dapat digantikan oleh ucapan lewat media sosial dan gadget. Bila kita memiliki waktu dan kesempatan untuk bertemu langsung, lakukanlah!," tegasnya.
Lebih lanjut, Godo Tjahjono juga mengapresiasi salah satu bentuk kepedulian yang dilakukan perusahaan farmasi PT Combiphar melalui kampanye Lovermula, yaitu mengajak masyarakat Indonesia untuk membudayakan kembali interaksi sosial.