Pencetus ChatGPT peringatkan soal bahaya AI, perlu adanya regulasi
Techno.id - Kemunculan ChatGPT sampai saat ini menjadi topik pembahasan menarik di kancah teknologi. ChatGPT dari OpenAI menggunakan teknologi AI dapat membuat banyak orang kagum akan kemajuan dihasilkan. Apalagi teknologi kecerdasan buatan sangat dibutuhkan untuk menunjang aktivitas produktif.
Kendati demikian, AI seakan menjadi momok berbahaya apabila tidak ada regulasi jelas yang mengaturnya. Bahkan keterangan ini secara langsung disampaikan oleh Sam Altman, CEO OpenAI. Ia memperingatkan bahwa dunia mungkin tidak terlalu jauh dari munculnya sebuah kecerdasan buatan yang berpotensi menakutkan. Maka, memberikan aturan jelas akan menjadi suatu hal penting.
-
OpenAI luncurkan fitur ChatGPT baru, versi gratis chatbots akan diperbarui Sayangnya bukan mesin pencari bertenaga AI
-
5 Potensi bahaya terbesar ketika AI semakin canggih, waspadai data pribadi Kemajuan AI membawa banyak manfaat, tetapi juga membawa bahaya besar yang perlu diperhatikan
-
Geoffrey Hinton cabut dari Google, ungkap dampak AI di masa depan AI bisa berdampak buruk bagi umat manusia.
Lantas bagaimana bahaya dari AI menurut Altman? Berikut techno.id pada Rabu (22/2), menyajikan penjelasan Sam Altman, pencetus ChatGPT sekaligus CEO OpenAI, yang dilansir dari akun Twitter-nya @sama.
the adaptation to a world deeply integrated with AI tools is probably going to happen pretty quickly; the benefits (and fun!) have too much upside.
Sam Altman (@sama) February 19, 2023
Sam Altman Pencetus ChatGPT
Melalui tweet-Nya, Altman menjelaskan transisi ke masa depan yang dibarengi dengan teknologi AI dapat berlangsung cepat, dan sebagian besar akan berdampak ke arah positif. Ia menggambarkan melalui transisi dari dunia tanpa smartphone ke dunia pasca smartphone.
Menurutnya AI bakal terus membantu dalam beraneka kegiatan, misalnya membuat orang lebih produktif, lebih sehat, lebih pintar, dan lebih terhibur melalui bermacam implementasi kecerdasan buatan atau AI.
"Transisi semacam ini sebagian besar adalah baik dan bisa berlangsung dengan cepat, contoh terbaru adalah transisi dari dunia pra smartphone ke dunia pasca smartphone. Namun akan ada godaan membuatnya (diterapkan) super cepat, yang adalah menakutkan. Masyarakat butuh waktu untuk beradaptasi dengan sesuatu yang sungguh besar," tulisnya.
foto: Openai.com
Kendati demikian, Altman mengaku bahwa dibutuhkan waktu bagi pemerintah maupun stakeholders terkait untuk membuat regulasi terkait AI. Tujuan dari adanya regulasi agar AI tidak disalahkan gunakan oleh pihak tak bertanggung jawab. Bahkan perlu adanya kajian mendalam tentang apa yang harus dilakukan, meski itu membutuhkan waktu lama.
"Kita butuh cukup waktu bagi institusi untuk mencari apa yang mesti dilakukan. Regulasi akan penting. Meski tool AI generasi saat ini tidak begitu menakutkan, saya pikir kita tidak begitu jauh dari yang menyeramkan," lanjut pria berusia 37 tahun itu.
Melansir dari hasil wawancaranya dengan Forbes, Altman menyatakan pengendalian AI harus dilaksanakan oleh perusahaan pembuatnya dan para pengguna. Terlebih perusahaan dapat memberikan langkah pencegahan, agar dampak negatif dari adanya AI teratasi. Apalagi akan ada AI open source, yang menghasilkan efek bagus dan buruk.
RECOMMENDED ARTICLE
- Microsoft batasi penggunaan Bing AI hanya 50 pertanyaan per hari
- Ini alasan mengapa ChatGPT tak bisa bahas isu politik, dan menjawab 20 pertanyaan kontroversi
- Kenapa tidak bisa upload dokumen di Google Form? Ini cara mengatasinya
- Cara import soal Word ke Google Form, tak perlu tulis satu per satu
- 11 Momen lucu ketika gombalin ChatGPT, usahanya tetap sia-sia